SURABAYA, PRINDONESIA.CO – Perkembangan teknologi telah menuntut perguruan tinggi untuk mempersiapkan lulusan dengan kompetensi praktis di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan big data. Tak terkecuali untuk lulusan yang akan berkecimpung di dunia public relations (PR), karena dua kompetensi tersebut dapat mendorong pengembangan strategi komunikasi yang lebih terarah dan efektif.

Upaya atas tuntutan itu yang coba dilakukan Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Media Universitas Ciputra (UC) Surabaya, lewat kerja sama dengan platform social media listening berbasis big data NoLimit Indonesia, dan penyedia teknologi desain berbasis AI dari Korea Selatan Miri Canvas.

Dalam acara penandatanganan nota kesepahaman, Selasa (18/2/2025), Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Media UC Surabaya Dr. Cosmas Gatot Haryono mengatakan, langkah strategis ini ditempuh guna mempersiapkan lulusan yang siap terjun ke industri. “Dengan akses ke platform NoLimit Indonesia dan Miri Canvas, mahasiswa kami akan dapat mengasah keterampilan praktis yang sangat dibutuhkan dalam bidang komunikasi dan bisnis media saat ini,” ujarnya dikutip dari Harian Birawa.

Cosmas menjelaskan, kemampuan yang dimiliki NoLimit Indonesia memungkinkan mahasiswa melakukan riset pasar dan analisis tren dalam konteks pengembangan strategi yang inovatif bagi praktik komunikasi.

Sementara lewat Miri Canvas, terangnya, mahasiswa dimungkinkan untuk mendesain presentasi hingga tampilan mock-up kampanye komunikasi yang lebih profesional. Lewat platform ini pula, imbuh Cosmas, mahasiswa dapat mengoptimalkan tampilan visual yang akan mempermudah penyampaian ide maupun konsep kampanye komunikasi secara lebih menarik dan efektif.

Demi Kompetensi yang Dibutuhkan Industri

Dengan adanya kerja sama ini, Cosmas berharap, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Media UC Surabaya dapat menjadi lulusan yang siap menghadapi tantangan serta kebutuhan industri. Terlebih, saat ini kompetensi lulusan PR masih menjadi tantangan bagi pelaku industri dalam merekrut anggota tim.

Sebelumnya, banyak pihak berpendapat, kompetensi calon praktisi PR hari ini masih belum selaras dengan kebutuhan industri. Persoalan ini pun sudah seperti penyakit menahun. Pada tahun 2018, mantan Ketua Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) dua periode Jojo S. Nugroho menyampaikan, pertumbuhan pesat industri PR dalam satu dekade terakhir belum dibarengi dengan kesiapan calon praktisi PR. “Terdapat kesenjangan antara materi perkuliahan dengan kebutuhan industri,” ujarnya seperti dikutip dari ANTARA News, Senin (7/5/2018).

Sejumlah pemimpin di bidang PR yang sempat diwawancari untuk laporan utama di majalah PR INDONESIA edisi 108/Mei-Juni 2024 pun mengatakan, industri PR kiwari membutuhkan praktisi dengan kombinasi keterampilan keras (hard skills) dan keterampilan lunak (soft skills) yang beragam. Utamanya keterampilan menulis, penguasaan teknologi termasuk AI, serta fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi. (lth)