Membangun brand masih menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku humas rumah sakit. Mengapa demikian dan bagaimana strateginya?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Praktisi humas rumah sakit kerap luput menentukan target audiens yang tepat untuk mem-branding-kan rumah sakit mereka. Padahal ketika audiens sudah ditentukan, humas akan lebih mudah menemukan nilai-nilai yang bisa diangkat saat menyusun strategi branding. Mereka juga akan lebih leluasa mengeksplorasi pengalaman pelanggan yang berkesan dan tak terlupakan (costumer experience). Berikut ini tips dari Silih Agung Wisesa, founder AsiaPR dan Konner Digital Advisory, yang bisa dilakukan humas untuk membangun fondasi brand dan persepsi positif rumah sakit. Antara lain:
Kenali Titik Lemah
Humas harus mencari titik kelemahan rumah sakit tempatnya bekerja. Metode yang disebut shadowing ini bisa dilakukan dengan cara menempatkan beberapa orang untuk mengawasi kegiatan pasien selama berada di rumah sakit. Dari sana akan terlihat keluhan apa saja yang dirasakan pasien terhadap fasilitas maupun pelayanan rumah sakit.
Jadi Pendengar yang Baik
Kunci untuk dapat memberikan kesan mendalam kepada pasien dimulai dari keberanian dan kerelaan untuk mendengar persepsi pelanggan tentang rumah sakit mereka. Dari mendengar, kita bisa mengatahui apa yang membuat pelanggan justru mengalami pengalaman yang kurang mengesankan.
Luwes
Humas rumah sakit harus lebih luwes dalam memaksimalkan keberadaan digital marketing. Karena di era digital, semua individu dapat saling terhubung hanya melalui genggaman tangan. Faktanya, masih banyak rumah sakit yang belum memanfaatkan teknologi digital secara maksimal.
“Experience Card”
Pasien dan keluarga pasien bisa dengan mudah mengutarakan keluhannya hanya dengan mengisi experience card.
Edukasi
Giatlah memberikan edukasi tentang kesehatan kepada salah satu segmen audiens yang dianggap memiliki pengaruh besar terhadap kelompok audiens lainnya. (ais)