Jelang Jambore PR INDONESIA (JAMPIRO) #4, PR INDONESIA melakukan audiensi. Salah satunya, Walikota Tangerang Arief R. Wismansyah.
TANGERANG, PRINDONESIA.CO – Siapa yang menyangka, salah satu pemimpin kepada daerah termuda yang dimiliki negeri ini ternyata begitu fasih dengan peran dan fungsi public relations (PR). Ia bahkan tak segan memberikan masukan agar event tahunan ini menjadi ajang untuk meningkatkan kompetensi para praktisi PR, termasuk memotivasi dan membangun awareness seluruh pemimpin di tanah air.
Sebab Arief berpendapat, di era seperti sekarang, sekeras apapun bekerja—dalam hal ini pemerintah daerah—akan menjadi tidak ada artinya tanpa adanya komunikasi dengan masyarakat. “Pembangunan itu harus meliputi semua aspek. Semuanya harus saling terintegrasi dan tersinkronisasi. Untuk bisa sampai ke sana, harus ada komunikasi yang produktif antara pemerintah dengan masyarakat dan seluruh stakeholder,” kata pria yang ditemui PR INDONESIA di kantornya di Tangerang, Rabu (5/9/2018).
Disinilah pentingnya peran PR. “PR itu seni. Seni bagaimana mengemas at the right moment, at the right place,” ujarnya. Karena alasan itu, di Pemkot Tangerang ada yang namanya Forum Kehumasan. Forum tersebut menjadi ajang bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk menyosialisasikan program-program mereka.
“Tujuannya, agar masyarakat tahu dan ikut terlibat di setiap program yang dilaksanakan pemerintah,” kata pria yang pada Maret 2019 akan dilantik sebagai Walikota Tangerang periode kedua. “Jangan sampai masyarakat merasa semua ini kerja pemerintah. Ini kerja kita semua,” imbuhnya bersemangat. Untuk itulah Pemkot Tangerang rajin mengampanyekan slogan-slogan yang membangkitkan rasa kepemilikan seperti “Tangerang Ayo”, “Semangat dan Bangga Bangun Kota”, dan lain sebagainya.
Bangun Kesadaran Para Pemimpin
Menariknya, kesadarannya sebagai walikota akan peran dan fungsi PR ini juga menjadi concern Arief terhadap seluruh kepala daerah. “Saya ingin 456 kepala daerah kabupaten/kota juga menaruh perhatian yang sama terhadap PR,” katanya. Bahwa pembangunan itu bukan hanya soal membangun infrastruktur. Jangan sampai anggaran kabupaten/kota hanya habis untuk belanja pegawai, anggaran kehumasan di nomor ke sekian, dan tidak bisa dimanfaatkan untuk menggugah masyarakat dan pihak swasta.
“Sebagai kepala daerah, penting bagi kita mengomunikasikan kepada masyarakat bagaimana caranya agar mereka mengetahui apa saja program yang sedang dikerjakan pemerintah, bagaimana cara mengerjakannya, dan di mana mereka harus terlibat,” ujarnya.
Lihatlah Banyuwangi. Kabupaten yang dahulunya identik dengan kota santet itu kini sudah bertransformasi menjadi kota wisata dan menjadi salah satu daerah yang memiliki calendar event terpadat setiap tahun. Turis lokal maupun mancanegara ramai-ramai mengunjungi kota ini. Termasuk, menarik Arief untuk mengajak jajarannya berkunjung dan belajar dari Banyuwangi. Tingginya potensi bisnis mendorong pelaku usaha untuk membuka jasa penerbangan langsung dari Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng ke Banyuwangi. Dampaknya, jumlah wisatawan meningkat, popularitas Banyuwangi terus melesat.
Arief melihat Banyuwangi tak akan sepopuler ini tanpa peran dan kreativitas dari PR-nya. “Inilah yang kita sebut the power of PR. Jualannya juga bagus, sampai kita semua dibuat penasaran dan merasa harus berkunjung ke sana,” ujarnya.
Untuk itu, ia memberi saran, agar ajang JAMPIRO #4 yang akan diselenggarakan di Semarang dimanfaatkan oleh PR INDONESIA untuk membangun awareness dan motivasi kepada para pemimpin daerah, termasuk para pemimpin kementerian, daerah, tak terkecuali CEO korporasi. Salah satu caranya dengan mengundang pembicara yang kompeten dan ahli di bidangnya sebagai keynote speaker, atau bahkan gathering dengan para pemimpin. “Sebagai pemimpin, kami juga perlu tahu mengapa kegiatan ini dan fungsi PR itu penting. Karena selama ini, yang kami lakukan, terutama di daerah, sekadar mengikuti standar yang sudah ditetapkan oleh pusat,” katanya.
Oleh karena itu, perlu peran dari pihak yang memiliki perhatian besar terhadap PR seperti halnya PR INDONESIA agar semangat para praktisi PR ini menjadi semangat NKRI. Apalagi untuk kepala daerah di seluruh tanah air. “Bagi pemimpin di ibukota seperti Jakarta, PR mungkin bukan hal aneh. Tapi, sebaliknya di pelosok. Padahal PR bisa memobilisasi kekuatan yang luar biasa seperti halnya yang terjadi di Banyuwangi,” imbuhnya.
Pernyataan Arief lantas mencetuskan ide bagi PR INDONESIA untuk mengadakan “PR Summit for Leaders”. Gagasan itu disambut baik. Ia bahkan bersedia menjadikan kotanya sebagai tuan rumah. (rtn)