Salah satu cara agar dapat bertahan di industri media cetak adalah berkompromi dengan teknologi. Washington Post telah melakukannya.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Hal inilah yang diungkapkan oleh salah satu narasumber yaitu Toriq Hadad, CEO Tempo Inc., dalam Seminar Nasional “Menggagas Model Bisnis Media Cetak Zaman Now” di Jakarta, Rabu (8/8/2018). Siang itu, ia mengangkat kisah sukses Washington Post yang berkompromi dengan Jeff Bezos, founder Amazon.com, untuk maju bersama-sama.
Dalam hal ini media tertua asal Amerika Serikat itu menyadari konten yang berkualitas masih menjadi sumber kekuatan yang utama, namun harus tetap didukung teknologi agar tidak ditinggal pembaca. Konten-konten Washington Post pun ditulis lebih mendalam sesuai kaidah jurnalisme, tetapi hadir dengan versi digital. Hasilnya sangat menggiurkan. Kini, versi digital media ini telah mencapai 1 juta pelanggan berbayar.
Menurut Toriq, hal ini membuktikan bahwa sesungguhnya pembaca mau membayar untuk konten yang berkualitas. Kondisi ini sekaligus mengisyaratkan bahwa sudah saatnya para pelaku industri media kembali ke khittahnya. “Ayo, kita kembali ke newsroom kita,” ajaknya. Ia melanjutkan, pembaca akan tertarik membaca konten yang “ngangenin”. Metode serupa juga dilakukan oleh The New York Times.
Meski begitu ada hal yang perlu digarisbawahi. Dalam membisniskan media on-line tidak serta merta memindahkan model dan cara kerja media cetak ke media on-line. Ini dikarenakan media daring memiliki ciri lebih cepat dan tidak mendalam. “Ada banyak kompetensi baru di dunia media on-line yang perlu dipelajari oleh pelaku industri media cetak jika ingin memulai bisnis di ranah tersebut,” pungkasnya. (rvh)