Masih soal siapa yang harus jadi juru bicara saat krisis, kali ini kita belajar dari kasus lain. Beredarnya video di media sosial terkait tutup kemasan botol produk air minum dalam kemasan (AMDK) milik Danone AQUA yang mudah terbuka, Juli 2017, sempat menghebohkan publik. Bagaimana Danone menyikapi krisis yang dikenang dengan istilah “pecah koin” itu?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia, langsung buka suara di jam-jam pertama sejak isu tersebut naik ke permukaan pada 25 Juli 2017.
Arif-lah yang kemudian maju kali pertama ke hadapan publik ketika dimintai konfirmasi oleh berbagai media. Dalam pernyataannya, perusahaan yang berkantor pusat di Paris, Perancis ini tak mengelak. Namun disertai catatan, pihaknya sedang melakukan investigasi guna mengetahui akar permasalahan dan membawa sampel tersebut kepada pihak terkait, yakni BPOM. Sebab, apa? Sebagai perusahaan FMCG, yang kali pertama harus dipastikan ketika terjadi krisis adalah kasus tersebut berdampak pada kesehatan. Kedua, seberapa besar isu tersebut berdampak pada pasar. “Tugas PR selanjutnya adalah memonitor,” ujarnya kepada PR INDONESIA usai krisis reda, Juli tahun lalu.
Yang pasti, Arif melanjutkan, rule of the thumb public relations (PR) dalam memberikan pernyataan adalah knowing what you say, bukan saying what you know. Artinya, PR harus memilah apa isi informasi yang mau disampaikan ke publik dan kapan harus dibicarakan.
Setelah mendapat kepastian dari BPOM, Danone AQUA segera mengeluarkan pernyataan resmi melalui situs perusahaan. Intinya, produk mereka tidak dipalsukan, dan sesuai hasil penelitian BPOM, produk tersebut tidak berdampak pada kesehatan atau tetap aman untuk dikonsumsi. Selanjutnya, perusahaan memutuskan untuk mengumpulkan produk 330 ml dengan nomor batch tertentu yang tutup botolnya tidak berstandar.
Kondisi kembali tenang, aktivitas bisnis pun tetap dilakukan seperti biasa dengan tetap melakukan komunikasi dan edukasi baik kepada media maupun publik. “Kami mengajak lagi media dan blogger ke lapangan. Sebar link video proses produksi hingga handling yang dilakukan AQUA selama ini. Cari teman-teman yang benar-benar bisa membantu kita saat itu,” kata ayah dari dua anak itu.
Apa yang dilakukan Arif bersama tim komunikasinya di Danone tentang siapa yang sebaiknya menjadi juru bicara saat krisis sesuai dengan argumen Gerard Braud yang kedua, yakni PR. Menurut Braud, di jam-jam pertama wartawan akan dengan cepat mencari konfirmasi. Di situlah, PR paling disarankan sebagai juru bicara mewakili perusahaan. Selanjutnya, PR akan dibantu oleh tim manajemen krisis untuk mengenali krisis dan menentukan langkah strategis berikutnya agar krisis segera mereda. (suf)