Semakin luasnya operasional bisnis, membuat PT KAI Commuter Jabodetabek, mengambil keputusan besar: mengubah nama perusahaan yang awalnya dikenal dengan akronim KCJ menjadi PT Kereta Commuter Indonesia, atau KCI.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Perubahan itu resmi diumumkan di Jakarta, Rabu (20/9/2017). Keputusan perubahan nama ini tertuang dalam risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 7 September 2017. Dan, resmi dicatat dalam Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI tanggal 19 September 2017.
Menurut Direktur Utama PT KCI Muhammad Nurul Fadhila, terminologi "Jabodetabek" dalam nama PT KCJ tidak lagi dapat mengakomodir cakupan wilayah operasi perusahaan. "Hal ini dikarenakan wilayah operasional perusahaan kami terus mengalami perluasan," kata Fadhil, sapaan akrabnya, di hadapan para tamu dan rekan media seraya menyebut perluasan itu antara lain ke Rangkas Bitung di arah barat Jakarta dan Cikarang di arah timur Jakarta.
Tak menutup kemungkinan, KCI juga mendapat penugasan di luar area Jabodetabek atau Jawa Barat. Bahkan, rencananya pemerintah akan mengamanahkan pengelolaan LRT untuk beberapa koridor tertentu kepada perusahaan yang menginjak usia ke-9 itu.
Sejak keputusan itu disepakati, tim sapu bersih segera begerak. Salah satunya, Divisi Corporate Communication yang dinakhodai Eva Chairunisa. Perempuan yang menjabat sebagai VP Corcomm KCI itu bersama timnya segera menyusun konsep rebranding hingga menyiapkan tools cara mengomunikasikan perubahan ini ke akar rumput sampai pengguna jasa selaku stakholder utama mereka.
Pada kenyataannya, bukan perkara mudah membiasakan internal apalagi publik dengan nama KCI. Eva lantas mengelompokkan tantangan yang kemungkinan mereka hadapi. Salah satunya, nama KCI yang selintas terdengar mirip dengan nama KCIC (Kereta Cepat Indonesia Cina). Dari sisi logo pun nyaris tidak tampak perubahannnya selain mengganti nama Jabodetak menjadi Indonesia. "Kelihatannya sederhana, tapi tantangan buat kami untuk mengomunikasikannya," kata ibu dari dua anak itu mengaku.
Untuk itu, salah satu Insan PR INDONESIA 2017 ini berpendapat, perlu perlakuan berbeda agar masyarakat tak hanya terbiasa dengan nama baru, lebih dari itu, mengetahui alasan dibalik perubahan tersebut. "Kami tidak bisa sekadar melakukan placement yang menyatakan bahwa kami berubah. Perlu cara yang lebih soft. Harus dibangun cerita dengan metode storytelling," imbuhnya.
Ia bersama timnya berencana memilah beragam isu yang menarik untuk diangkat ke ranah publik secara berkala tiap minggu atau dua minggu sekali dengan mengoptimalkan baik media off-line maupun media sosial. Di tiap cerita itu, secara tidak langsung menggambarkan KCJ menjadi KCI. Hingga akhirnya tertanam di benak masyarakat bahwa KCI sudah tak lagi bernama KCJ. "Proses edukasi dan pengenalan dilakukan bertahap tapi terus menerus. Setidaknya hingga setahun ke depan," kata Eva.
Lainnya adalah edukasi melalui buku. Ya, bersamaan dengan pengumuman perubahan nama itu, KCI juga meluncurkan buku Menuju Kereta Commuter Indonesia. "Buku inilah yang akan kami bawa saat roadshow ke berbagai acara, termasuk kampus," ujar Eva. Melalui buku ini proses edukasi diyakini lebih cepat karena dapat dikolaborasikan dengan acara bedah buku. rtn