Komunikasi bukan hal asing bagi Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (51). Secara personal, sebagai seorang yang berlatar belakang ustaz, politisi, dan pengajar di perguruan tinggi, komunikasi publik dalam beragam situasi sudah menjadi kesehariannya.
BANDUNG, PRINDONESIA.CO Di sisi lain, sebagai kepala daerah ia juga didukung oleh tim komunikasi yang kuat di Biro Humas Pemprov Jabar. Karena itu, bukan sebuah kebetulan jika namanya bertengger di jajaran Peraih PR INDONESIA Best Communicators 2017.
Ya, pria yang akrab disapa Aher ini memang seorang komunikator yang piawai. Majalah PR INDONESIA merasakan langsung saat bersilaturahmi ke rumah dinasnya di Bandung, Senin (14/8/2017). Dengan bahasa tertata dan artikulasi yang jelas, suami dari Netty Prasetiyani, itu menjawab rinci setiap pertanyaan Lila Intana dari PR INDONESIA. Selama hampir lebih dari satu jam, ia juga menjelaskan beragam capaian kinerja, strategi komunikasinya, dan harapannya kepada para praktisi humas.
Sambil sesekali menyeruput secangkir teh, Aher mengawali cerita tentang interaksinya dan pola konsumsinya terhadap media. “Kalau mau mencari berita akurat, sih, ya, dicetak, tapi kalau mau cari influence untuk memengaruhi pikiran orang jadi butek dan jutek ya di social media. Karena itu saya jarang baca socmed,” kata Aher yang mengaku mengonsumsi media cetak dan on-line itu.
Bagi Aher, integritas dan akurasi sebuah media harus kokoh dan terus dijaga. Sebab, jika media abai terhadap akurasinya, ia akan ditinggalkan pembaca. Ia juga meyakini, media yang baik akan memberikan porsi yang seimbang kepada semua pihak terkait. Tak sekadar cover both side, tapi cover all side. Utamanya jika memuat berita negatif terhadap seseorang atau institusi. “Itu kode etik wartawan kalau mau masuk surga. Sehingga pembaca tidak diaduk-aduk dengan berita yang mungkin salah. Inilah jurnalisme tabayun,” ujar ayah enam orang anak ini.
Dari obrolan media, diskusi berlanjut soal strategi komunikasinya sebagai gubernur di tanah Parahiyangan. Secara mendasar, ia menegaskan, komunikasi harus berdasarkan fakta. Konten atau pesan yang dikomunikasikan ke publik tidak boleh mengingkari substansi yang sesungguhnya. Karena itu, yang utama dan pertama baginya adalah, bekerja keras sejak memulai perencanaan sampai pelaksanaannya.
“Kita ungkap ke publik supaya mereka tahu, karena bisa jadi publik memandang negatif ke kita ketika publik tidak tahu apa yang kita lakukan. Oleh karena itu supaya publik tahu apa yang kita lakukan, dan kita betul-betul melakukan dengan baik, maka perlu dipiarkan atau dihumaskan,” jelasnya.
Menurut Aher, fungsi PR adalah memasifkan pengetahuan tentang kejadian baik atau apapun. Tapi, ia juga harus memberikan informasi secara komprehensif sehingga tidak menimbulkan persepsi negatif. Ia mencontohkan, pembangunan jalan di Jawa Barat bagian selatan, jika diberitakan serta merta dan dibaca oleh penduduk bagian Utara yang jalannya rusak, bisa dipersepsi bahwa pemerintah provinsi hanya memperhatikan bagian Selatan. Padahal, seharusnya perlu juga diinformasikan secara lengkap. Karena bisa jadi jalan yang rusak masuk ke jalan nasional yang menjadi kewenangan pusat atau jalan kabupaten atau kota.
“Yang jelas, kita ingin apa yang kita lakukan itu diketahui oleh masyarakat secara baik termasuk yang belum dilakukan. Kan reasoning-nya harus jelas, kenapa jalan ini belum bagus. Kita bisa jelaskan bahwa anggaran terbatas dan terbagi-bagi,” ujar Aher, sembari mengungkapkan bahwa ia pun dulu sebelum masuk ke pemerintahan kerap berpersepsi sepihak. Karena itu, agar masyarakat memahami beragam permasalahan publik, strategi Aher adalah transparansi dan memberikan pemahaman terlebih dulu.
Sebagai seorang pemimpin, Aher selalu memastikan bahwa program yang dibuat benar-benar ia pahami secara mendalam. Ia lebih baik diam di awal untuk menyiapkan program dibanding terburu-buru menceritakan ke publik. Jika program sudah menjadi agenda, baru mulai ia komunikasikan. “Saya tahu persis program yang sedang direncanakan karena saya terlibat secara teknis di APBD. Mengurus anggaran itu capek sekali. Satu-satu dinas dipanggil. Tapi, setelah itu puas,” katanya.
Unggulkan Kopi dan Teh
Salah satu program yang menjadi perhatiannya adalah kopi dan teh dari tanah Sunda. Menurut Aher, ada 5.000 jenis pohon kopi dari Jabar dengan beragam keunggulannya. Kopi Jabar unggul karena dibawa Belanda langsung dari tempat asalnya di Kenya, Afrika. Selain itu, pH tanah di Jabar pun bagus. Tak heran, ketika mengikuti berbagai festival, kopi dari Parahiyangan kerap terpilih menjadi juara di tingkat internasional.
Terbaru, dalam festival kopi di Atlanta April 2016 lalu, dari 20 kopi terbaik di dunia, ternyata enam kopi terbaik berasal dari tanah Jabar. Padahal, dulu kopi Jabar diekspor dengan merek lain, sekarang kopi Jabar bangga menggunakan merek sendiri. “Kopi dan teh itu minuman sehat, sehingga sekarang kita sudah membudayakan meminumnya,” katanya seraya menyebutkan ia punya program Ngopi Saraosna.
Di tengah lompatan pencinta kopi yang terus meningkat, ia bertekad untuk terus mengedukasi masyarakat sehingga mereka memahami kualitas kopi dari Jawa Barat. Jika pasar dalam negeri teredukasi dengan baik dan nilai ekonominya kian meningkat, tentu para petani kopi di Jawa Barat akan makin sejahtera. Bisa jadi, tak lama lagi kopi asing akan terancam. “Kita punya barang unik masak enggak dikenal?” ujarnya.
Selain kopi, Aher juga melihat banyak potensi lain Jawa Barat. Tahun ini, sedikitnya ada 17 inovasi yang dibuat, di antaranya pengembangan budi daya ikan patin, kopi, lele sangkuriang, ayam sentul, dan indigofera. Berkat inovasi tersebut, baru-baru ini Jabar dinobatkan sebagai provinsi paling inovatif.
“Kita, kan, ingin mendayagunakan teknologi untuk meningkatkan output, produksi, dan kapasitas. Dengan teknologi, kerja minimal bisa hasilkan optimal. Contohnya, dulu pembiakan patin menghasilkan 0,9 juta bibit, dengan sentuhan teknologi, 1 unit pembiakan berubah jadi 27 juta ekor,” katanya.
Pesan untuk GPR
Seorang pemimpin yang baik adalah seorang komunikator yang baik pula. Untuk menjadi komunikator yang baik, Aher selalu memacu diri mengetahui konten program secara terperinci. Dengan begitu, ia bisa mengomunikasikan pesan dengan baik. Melalui visi personal yang kuat untuk mengembangkan berbagai potensi daerah, Aher berharap agar para pranata humas di Provinsi Jabar bahu-membahu merencanakan pembangunan terbaik untuk masyarakat.
Agar masyarakat lebih memahami, Aher pun menyarankan supaya para praktisi humas dapat membuat konten yang lebih tajam dan detail tentang manfaat dari program yang sudah dijalankan. Kendati begitu, Aher mengingatkan, tugas humas sejatinya bukan hanya menyampaikan keberhasilan pembangunan pemerintah. Namun, jika ada kegagalan pun perlu disampaikan, sehingga lebih fair dan menjadi pembelajaran agar disempurnakan di tahun berikutnya.
“Jangan sampai humas memberitakan yang baik-baik saja. Seimbangkan saja di luar baik dan buruknya, lemah dan kuatnya, dan apa solusinya,” pungkas pria kelahiran Sukabumi itu yang telah menakhodai Jawa Barat selama dua periode ini. nif