Ya, tiga langkah itu dipercaya jitu menangkal informasi palsu yang belum terverifikasi dan marak beredar belakangan ini. Apa saja?
YOGYAKARTA, PRINDONESIA.CO – Tips itu disampaikan Suharjo Nugroho, Managing Director IMOGEN PR, saat menjadi pembicara di hari pertama konferensi Jambore Public Relations Indonesia (JAMPIRO) #3 di Yogyakarta, Rabu (23/8/2017).
Menurut Jojo, begitu ia akrab disapa, ada tiga langkah relevan untuk menangani fenomena fake news dan hoax. Tiga langkah yang dimaksud antara lain digital storytelling, social listening dan big data social network analytics. “Kampanye yang baik dan kreatif adalah kampanye yang mengedepankan nuansa storytelling,” katanya. Melalui pendekatan brand journalism, praktisi PR masa kini harus berprinsip bak pemimpin redaksi bagi institusinya. “Cara berpikirnya harus seperti news room—your brand is the next media company,” imbuhnya di sesi yang mengangkat tema “The Power of Public Relations in the Fake News & Hoax Era”.
Praktisi PR juga harus menjadi social listening. Ia wajib rajin “mendengarkan” isu yang tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial. Menurut Jojo, Twitter merupakan langkah mudah bagi praktisi PR untuk mengamati isu terkini di lautan maya. “Cuitan-cuitan di Twiter lebih mudah diamati karena bisa menjadi proxy yang sedang terjadi di media sosial. Sementara Facebook dan Instagram hanya memberikan akses kepada public space. Adapun Whatsapp dan Telegram tidak begitu tertata pencatatannya,” bebernya.
Terakhir, big data social network analytics. Isu 10 juta tenaga kerja yang secepat kilat menjadi viral, mampu diredam hanya dengan kekuatan data. “Ketika itu Presiden Joko Widodo melalui akun resminya memberikan klarifikasi yang disertai data, ditindaklanjuti dengan pernyataan dari Kementerian Tenaga Kerja,” ujarnya.
Tak lupa, ia mengajak peserta untuk menggunakan aplikasi yang dapat mengecek keaslian berita. Salah satunya, memanfaatkan aplikasi CrossCheck besutan dua raksasa internet, Facebook dan Google. Tak mau kalah, startup lokal pun melahirkan karya anak bangsa serupa berupa aplikasi bernama Hoax Anlyzer. (mam/rtn)