Selama sebelas tahun hadir di tanah air, situs iklan baris on-line, Online Exchange (OLX), sudah mengalami pasang surut.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Nama OLX nyaris tenggelam di tengah maraknya industri marketplace dan on-line retail. Awal Februari lalu, perusahaan yang dulunya dikenal dengan nama TokoBagus.com dan Berniaga.com itu bangkit dan melakukan rebranding.
Inilah momentum OLX merasakan besarnya peran dan kontribusi public relations (PR) bagi perusahaan. Mereka menjadi salah satu tim tersibuk dalam hal menyusun strategi dan langkah komunikasi. Seperti yang dilakukan Amelia Virginia, PR Manager OLX bersama timnya.
Langkah pertama yang harus dilakukan ketika itu, menurut Amel di Jakarta, pertengahan Juni lalu, adalah mengetahui siapa target yang akan dibidik. Mengusung tema baru “The New OLX”, OLX membidik target baru, yakni generasi millennials dan perempuan. Keduanya dipilih berdasarkan data transaksi perusahaan sepanjang tahun 2016. Dari data itulah, OLX mempelajari perilaku pengguna mereka.
Hasilnya, jika dulu barang yang ditawarkan penjual didominasi oleh mobil, motor, dan properti, tahun lalu muncul tren baru. Transaksi gawai dan fesyen menjadi kategori yang diminati generasi millennials dan perempuan. “Siapa yang mengira, ternyata jam tangan, tas, bahkan sneakers, laku dijual?” kata Edward Killian, CMO OLX Indonesia saat peluncuran rebranding di Jakarta, Rabu (8/2/2017).
Ternyata, semakin banyak orang yang belanja di marketplace atau on-line, dapat dipastikan ada barang lama yang harus dijual. “Nah, jualnya ke mana? Ya, ke OLX. Itulah reputasi yang sedang kita bangun,” ujar Kiki, begitu ia akrab disapa.
Tak Bisa Sendiri
Menurut Amel, dalam membangun reputasi, PR tidak bisa berdiri sendiri. Salah satunya, harus didukung oleh platform yang memadai. Khususnya, platform yang mencerminkan slogan baru mereka, “Baru, Dekat, Cepat”.
Butuh waktu enam bulan bagi OLX memperbaiki platform. Bahkan peresmian rebranding mundur dari waktu yang sudah ditentukan guna memastikan platform baru sudah siap dan layak digunakan para pengguna. Ada empat konsep yang ditawarkan: hyperlocal, hypersimple, C2C, dan trust. Konsep yang mengedepankan unsur visual, dinamis, simpel, dan praktis.
Kendati demikian, tak semua publik merespons positif tampilan baru OLX. Keluhan yang sempat mengemuka salah satunya terkait lambatnya proses mengunggah iklan. Dengan sabar Amelia menjelaskan, keterlambatan diakibatkan oleh tingginya antusiasme pengguna tampilan baru OLX. Sehingga, server yang digunakan butuh penyesuaian. Namun ia dapat memastikan, saat ini baik aplikasi maupun situs OLX sudah dapat diakses dengan normal.
Sembari terus meningkatkan performa platform dan layanan, tim PR berjibaku menyiarkan perubahan. Jelang hari peluncuran, iklan OLX sudah wara-wiri mewarnai media cetak, radio, hingga televisi. Di saat bersamaan mereka juga melakukan aktivasi digital communication melalui media sosial. “Paling enggak, orang harus tahu dulu tampilan kami beda,” katanya seraya melibatkan key opinion leaders (KOLs) dari kalangan pemuda hingga perempuan.
Sementara untuk membangun kedekatan dengan publik, terutama penjual sebagai stakeholder utama, OLX membuka kelas OLX Academy. Di kelas itu, mereka berbagi tips cara menggunakan paltform baru OLX dan trik menjual barang atau mengambil foto dengan angle menarik tanpa bermaksud menipu. rtn