Kurang dari dua tahun semenjak diluncurkan, tepatnya akhir Desember 2015, Shopee masih fokus membangun teknologi informasi, aplikasi, dan pelayanan. Namun, bukan berarti public relations (PR) tak menjadi perhatian.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - CEO Shopee Chris Feng berpendapat, hal terpenting dalam membangun kepercayaan adalah berdasarkan pengalaman. Pengalaman menyenangkan yang dirasakan penjual dan pembeli saat berbelanja menggunakan aplikasi Shopee akan berdampak semakin banyaknya kabar positif yang tersiar dari mulut ke mulut. “People built trust by doing and trying it,” kata pria berkewarganegaraan Singapura itu berkesimpulan
Meski begitu, pria yang ditemui PR INDONESIA usai penandatanganan nota kesepahaman antara Shopee dengan PT Pos Indonesia (Persero) di Tangerang, Selasa (9/5/2017), itu buru-buru menambahkan, bukan berarti peran PR tidak penting. Hal ini dibuktikan dengan adanya tim PR di dalam manajemen Shopee. Namun, Chris tak memungkiri fokus mereka tahun ini masih didominasi oleh upaya mengembangkan IT, aplikasi, dan pelayanan.
Apalagi sebagai pelopor aktivitas belanja melalui ponsel, anak perusahaan SEA asal Singapura itu berkomitmen untuk selalu membuat terobosan dan inovasi guna memberikan pengalaman terbaik dan kemudahan berbelanja melalui ponsel. “Jika tidak demikian, tidak ada cerita yang bisa diangkat ke publik,” ujarnya seraya mencontohkan salah satu pengembangan social chat, fitur andalan Shopee yang memungkinkan pembeli berinteraksi langsung dengan penjual.
Sementara untuk menciptakan ekosistem bisnis e-commerce yang kuat, Shopee gencar melakukan perluasan kolaborasi. Salah satunya, menggandeng JNE dan PT Pos guna mewujudkan kombinasi antara kemudahan menggunakan aplikasi Shopee dengan sistem logistik bebas ongkos kirim (ongkir). Menurut Chris, keduanya merupakan perusahaan logistik terdepan yang tidak perlu diragukan jangkauan dan pelayanannya.
PT Pos, misalnya, memiliki 4.500 kantor cabang, menjangkau 79% kecamatan di Indonesia, sistem pelacakan 24 jam yang terintegrasi dan terpercaya. “Kami telah menyaksikan dampak luar biasa dari program ini. Penjual dimudahkan, pembeli merasakan pengalaman belanja yang aman dan menyenangkan,” katanya seraya optimis kerja sama ini akan berdampak semakin banyak UKM membangun bisnis secara on-line.
Buka Kelas
Lalu, di manakah peran PR? “Membangun awareness dan engagement,” kata Dinda Sarasannisa Fatimah, PR Associate Shopee yang ditemui PR INDONESIA di acara yang sama. Berbagai upaya dilakukan meliputi digital communication melalui aktivasi media sosial, community gathering bernama Kampus Shopee, dan Shopee Campus Competition (kompetisi bisnis dan pemasaran untuk mahasiswa). “Dalam menjalankan digital communication, kami aktif mengomunikasikan kabar terkini sehingga timeline selalu aktif, membangun isu melalui tanda pagar, tanggap menanggapi keluhan dengan memanfaatkan live chat,” katanya.
Sementara Kampus Shopee merupakan dukungan Shopee mengembangkan bisnis pelaku UKM. Kelas ini menjadi sarana edukasi, berbagi dan menginspirasi bagi penjual dan calon penjual. Program yang dilaksanakan rutin tiap minggu sejak 2016 ini telah merangkul lebih dari 2.000 peserta. Berbagai topik hangat diangkat dari teknik fotografi produk, sistem perencanaan keuangan, fesyen, hingga visual merchandising. Tahun ini, Kampus Shopee akan mengunjungi 13 kota seperti Jakarta, Surabaya, Makassar, Bogor, Bandung, Bekasi, Medan, Semarang, Malang, Batam, Palembang, Bali, dan Yogyakarta.
Upaya membangun awareness dan engagement mulai menuai hasil manis. Shopee telah memiliki lebih dari 50 juta listings aktif dan menempati peringkat sebagai “Top 1 Shopping App” di Play Store dan App Store selama beberapa bulan terakhir. Pesanannnya tercatat lebih dari 200.000 setiap hari (belum termasuk transaksi produk digital). Lebih dari 90% pesanan bersumber dari aplikasi di ponsel. Penggunanya tersebar di 514 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Lebih dari 80% pesanan yang diterima setiap hari berasal dari berbagai wilayah di luar Jakarta. rtn