Akhir Agustus ini, Bio Farma kembali mengadakan hajatan besar, Forum Riset Produk Life Science Nasional (FRLN) 2017. Sekiranya akan ada lebih dari 400 peserta memadati forum ini. Sesuai tema "Kemandirian Bangsa dalam Riset dan Inovasi Bidang Life Science", tahun ini FRLN mengampanyekan semangat kemandirian.
BANDUNG, PRINDONESIA.CO - Forum kali ketujuh ini sekaligus menandakan dua tahun transformasi agenda rutin tiap tahun yang awalnya menitiberatkan pada pengembangan riset tentang vaksin menjadi produk berbasis life science. Informasi awal tentang agenda ini disampaikan di hadapan sejumlah media di Bandung, Selasa (4/7/2017).
Menurut Sugeng Raharso, Direktur Riset dan Pengembangan Bio Farma, forum ini bertujuan untuk mempertemukan semua peneliti baik yang ada di working group maupun konsorsium (peneliti yang penelitiannya dibiayai oleh Kemenristek Dikti dan difasilitasi oleh Bio Farma, litbangkes atau lainnya). "Di forum tersebut, mereka saling melaporkan perkembangan penelitiannya," ujarnya.
Di samping itu, FRLN menjadi ajang berbagi informasi antarpeneliti, universitas, pemerintah, hingga industri tentang penelitian dan kemajuan teknologi terkini baik di dalam maupun luar negeri.
Melalui FRLN ini, Sugeng melanjutkan, diharapkan dapat mendorong percepatan hilirisasi dari riset nasional, khususnya life science, yang dilakukan peneliti-peneliti Indonesia ke industri. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah mewujudkan percepatan di bidang Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.
Di sisi lain, Kemenristek Dikti selaku pengambil kebijakan nasional tidak salah mengambil keputusan saat menentukan penelitian yang layak menjadi prioritas dan dibiayai sampai tuntas. Akhirnya, negeri ini dapat menjadi negara berdikari di bidang kesehatan. "Jangan sampai riset penelitian hanya sebatas laporan yang tidak menghasilkan produk," katanya seraya menambahkan forum ini akan dihadiri oleh dua profesor asal Australia dan Jepang.
Hingga saat ini, FRLN mampu mendorong terbentuknya sinergi lintas sektor. Dari sinergi itu melahirkan enam konsorsium yang terdiri dari konsorsium TBC, HIV, Hepatitis B, Stem Cell, EPO, dan Dengue. "Konsorsium-konsorsium ini menjadi bukti FRLN mampu mengarahkan lembaga, peneliti, universitas untuk melakukan hilirisasi," kata Dr. Maharani, periset senior Bio Farma yang turut hadir sebagai pembicara.
Penelitian yang dilakukan dari hasil sinergi selama tujuh tahun terakhir ini telah menampakkan perkembangan yang menggembirakan. Beberapa di antaranya bahkan dalam kurun waktu 1 - 1,5 tahun mendatang siap diproduksi massal. "EPO, saat ini sudah sampai tahap uji stabilitas. Klon TB sudah dalam proses upscaling," ujar Maharani yang juga Ketua Panitia FRLN 2017.
N. Nurlaela Arief, Head of Corporate Communications Departement Bio Farma, mengaku bukan perkara mudah bagi departemennya untuk mengomunikasikan hasil riset dan mendorong media agar tertarik mengangkat forum yang sarat dengan pendekatan ilmiah.
Lala, begitu ia akrab disapa, Bio Farma telah melakukan edukasi kepada media secara berkala. "Hari ini memang merupakan sosialisasi pra-event pertama yang kami lakukan untuk FRLN 2017. Tapi, edukasi kepada media tentang life science sudah kami lakukan secara terus menerus," ujarnya seraya menambahkan pihaknya selalu sigap membuka pintu kepada jurnalis yang perlu melakukan konfirmasi terhadap artikel yang sedang ditulisnya.
Sadar tidak mudah bagi media untuk menerjemahkan berita ilmiah menjadi tulisan yang mudah dipahami publik, Bio Farma memberangkatkan umrah sebagai bentuk apresiasi kepada dua jurnalis terpilih yang selama ini paling aktif mengomunikasikan tentang life science. Yakni, jurnalis Suara Merdeka dan Warta Ekonomi. rtn