Indonesia, negara dengan jumlah populasi terbesar di dunia dan 85 persennya mayoritas Muslim, ternyata masyarakatnya minim pemahaman keuangan syariah, termasuk asuransi syariah.
JAKARTA, PR INDONESIA.CO- Kondisi ini menggerakkan AXA Financial Indonesia untuk melakukan edukasi keuangan syariah kepada media di Jakarta, Kamis (8/6/2017). Survei Nasional Literasi dan inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada September 2016 menunjukkan literasi keuangan syariah berada di level 8,11%, sementara inklusi keuangan syariah 11,06%. Angka ini jauh di bawah indeks literasi keuangan konvensional persentasenya mencapai 21,84%, sedangkan inklusinya 67,82%. Maka jangan heran, minimnya pemahaman membuat pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia lambat. Market share-nya baru sekitar 5%. Persentase ini jauh dibanding market share Malaysia yang mencapai 20 - 28%.
Padahal, menurut Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) M. Syakir Sula, yang sore itu didapuk sebagai pembicara, Indonesia memiliki instrumen keuangan syariah yang lengkap. Sebut saja, perbankan syariah (bank syariah, unit syariah, BPR syariah, baitul maal wat tamwil), pasar modal syariah (saham syariah, sukuk koperasi, sukuk negara, reksadana syariah), lembaga keuangan syariah nonbank (asuransi syariah, lembaga pembiayaan syariah, pegadaian syariah penjaminan syariah), OJK (koperasi syariah, islamic voluntary sector), pun dengan regulasinya. Kondisi ini membuat Presiden RI Joko Widodo gemas. Ia lantas berinisiatif membentuk Komite Nasional Keuangan Syariah. Komite ini dipimpin langsung oleh Presiden dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. "Regulasi sudah siap tapi belum berkembang pesat," katanya.
Mutlak
Syakir tak memungkiri upaya peningkatan pemahaman publik terhadap keuangan syariah adalah hal mutlak. Salah satunya, melalui aktivasi yang dilakukan para public relations (PR). Mulai dari edukasi tentang prinsip dasar ekonomi syariah, cara marketing yang syariah, hingga turunan bisnis syariah seperti produk asuransi. Dengan demikian, literasi clan inklusi syariah di Indonesia akan meningkat. Ekonomi syariah, termasuk asuransi, pun bakal semakin berkembang. "Pembekalan informasi tentang bisnis ini dari hulu ke hilir secara dilakukan. Kami tidak bisa bekerja sendiri," katanya seraya menambahkan tahun ini MES bekerja sama dengan industri keuangan dan asuransi syariah telah melakukan literasi kepada 100 kabupaten/kota. Namun, upaya itu belum juga cukup.
Chief Operating Officer AXA Financial Indonesia dr. Faustinus Wirasadi berpendapat sama. "Menyosialisasikan berbagai manfaat syariah secara terus menerus kepada masyarakat itu perlu. Karena banyak untungnya baik dari segi peserta maupun perusahaan sebagai pengelola," imbuhnya. rtn