Pentingnya Komunikasi Internal untuk Hindari Krisis dari Dalam
PRINDONESIA.CO | Jumat, 07/02/2025
Pentingnya Komunikasi Internal untuk Hindari Krisis dari Dalam
Karyawan PT Timah mengejek karyawan honorer mengantre berobat pakai BPJS Kesehatan
Dok. Pribadi

JAKARTA, PRINDONESIA.CO -  Belum lama ini media sosial diramaikan oleh unggahan salah seorang pegawai anak usaha perusahaan milik negara yang dinilai kurang pantas. Diketahui, video pendek yang ia unggah di media sosial TikTok memuat nada ejekan terhadap pegawai berstatus honorer, yang harus menggunakan BPJS Kesehatan jika hendak berobat.

Tak berselang lama, perusahaan tempat pegawai itu bekerja pun angkat suara memberikan klarifikasi melalui media sosial resmi perusahaan. Hal itu ditujukan sebagai mitigasi krisis, karena pegawai tersebut turut menunjukkan logo perusahaan tempatnya bekerja. Selain itu, tak sedikit pula warganet yang bereaksi kepada perusahaan, di samping juga terhadap pegawai tersebut. Klarifikasi yang dirilis kemudian ditindaklanjuti dengan pemecatan terhadap yang bersangkutan.

Sorotan terhadap perusahaan karena ulah kurang pantas pegawai, jelas merupakan satu hal penting untuk dihindari. Kasus di atas menegaskan satu pelajaran penting, bahwa perusahaan perlu juga fokus kepada komunikasi internal, selain gencar melakukan komunikasi eksternal.

Pentingnya Komunikasi Internal

Dosen Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) Maria Puspitasari menjelaskan, kasus di atas menegaskan bahwa setiap organisasi kini perlu memiliki kesadaran akan risiko internal. "Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan perlu memiliki strategi mitigasi risiko yang lebih matang,” ujarnya saat dihubungi PR INDONESIA, Kamis (6/2/2025).

Oleh karena itu, Puspitasari menyarankan, organisasi saat ini perlu senantiasa belajar dari krisis yang pernah terjadi. Dalam konteks ini, katanya, organisasi bisa mulai membangun database yang menghimpun krisis yang pernah terjadi dan perjalanan mengatasinya, untuk mengantisipasi dan memitigasi risiko di masa mendatang.

Co-Founder Reputasia Strategic Communications Fardila Astari juga pernah mengatakan, informasi yang masuk ke ranah digital akan mudah menyebar, sehingga dapat menyebabkan efek bola salju yang berdampak terhadap organisasi. Adapun guna menghindarinya, katanya, organisasi pertama-tama harus membuat aturan komunikasi internal, khususnya soal penggunaan media sosial. “Setiap orang harus mengontrol media sosialnya supaya tidak menjadi bumerang untuk dirinya sendiri dan organisasi,” ujar perempuan yang karib disapa Dila itu dalam program MAW Talk, Sabtu (15/4/2023). (RHO)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI