Dewan juri Satu Dekade PR INDONESIA Awards (PRIA) 2025 pada kategori Program Komunikasi SR menitipkan berbagai catatan penting sebagai bahan evaluasi. Apa saja?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Dewan juri Satu Dekade PR INDONESIA Awards (PRIA) 2025 yang menilai pemaparan peserta kategori Program Komunikasi SR (social responsibility) pada tanggal 9-10 Januari lalu, menitipkan berbagai catatan penting sebagai bahan evaluasi.
Sebelumnya, founder sekaligus CEO PR INDONESIA Group Asmono Wikan mengatakan, peserta pada tahun ini telah menunjukkan kemampuan mendorong dampak komunikasi program corporate social responsibility (CSR). Ia melihat hal itu tidak hanya disasar peserta kepada audiens target, tetapi juga masyarakat luas sehingga berhasil memberikan manfaat bagi bangsa.
Asmono melanjutkan, upaya yang kemudian disusul dengan fokus kepada kolaborasi guna menghimpun partisipasi publik itu, membuktikan adanya kemajuan signifikan dalam pendekatan komunikasi di tanah air sepanjang satu tahun terakhir. “Saya berharap hal ini terus berkembang di tahun-tahun mendatang,” ujarnya kepada PR INDONESIA, Jumat (10/1/2025).
Terlepas dari pandangan Asmono, juri Mohamad Fahmi yang mengapresiasi peningkatan fokus peserta pada aspek komunikasi dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial, menekankan agar dalam implementasi program komunikasi berikutnya, peserta bisa menghadirkan pendekatan yang lebih kreatif dan relevan. “Sehingga nilai tambah dari setiap program CSR bisa lebih terasa,” katanya.
Selain itu, pria yang merupakan Senior Associate di Partnership ID turut mengimbau para praktisi public relations (PR) untuk bisa menunjukkan kalau komunikasi memiliki nilai tambah yang besar terhadap implementasi tanggung jawab sosial.
Catatan Kritis
Mengulang catatan dari tahun-tahun sebelumnya, Executive Director Purupiru Creative & Sustainability Communication Sam August menyoroti kekeliruan peserta dalam menafsirkan kategori kompetisi. Ia mengatakan, peserta pada kategori Program Komunikasi SR tahun ini masih kurang menonjolkan aspek komunikasi dalam presentasi mereka. “Objektif komunikasi tidak dijelaskan dengan baik. Bahkan pengukuran yang ditampilkan lebih mengarah pada CSR dibandingkan komunikasi itu sendiri.
Senada dengan Sam yang menitikberatkan hal tersebut sebagai peluang perbaikan, juri Verlyana Hitipeuw mengatakan, penjelasan mengenai program CSR yang diusung diperlukan dalam presentasi. Namun, tegas CEO dan Chief Consultant Kiroyan Partners itu, fokus utamanya tetap harus tentang praktik komunikasi. “Mulai dari tujuan, bagaimana strateginya, pesan kuncinya, lalu pengukuran komunikasinya. Peserta seperti itu yang pasti akan mendapatkan penilaian terbaik,” ujar perempuan yang karib disapa Veve itu.
Melengkapi Sam dan Veve, juri Mirana Hanathasia menyarankan agar peserta ke depannya dapat mengelaborasi program komunikasinya dengan lebih tajam di dalam submission information. Dengan demikian, kata dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie itu, dewan juri pun bisa mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai apa yang telah dijalankan organisasi masing-masing.
Catatan untuk Panitia
Berkaca dari catatan-catatan yang disisipkan untuk kategori Program Komunikasi SR, Veve mengusulkan dalam penyelenggaraan PRIA berikutnya, PR INDONESIA selaku penyelenggara dapat menggelar workshop khusus bagi peserta untuk membantu mereka memahami kriteria dan struktur presentasi yang diharapkan. Sementara itu Mirana berharap agar ke depannya koordinasi awal antara panitia dan juri dapat dibangun dengan lebih solid, sehingga arahan kepada peserta pun bisa diberikan secara tepat.
Secara umum, dewan juri optimistis kualitas entri pada kategori Program Komunikasi SR akan jauh lebih baik di masa mendatang. Selaras, mereka yakin PRIA dapat terus menjadi ajang pembuktian dan peningkatan kualitas komunikasi yang membawa dampak positif lebih besar untuk Indonesia. (RHO)