Menjelang akhir 2024, dunia penerbangan diguncang empat kecelakaan pesawat komersial dalam empat hari berturut-turut. Peristiwa ini menguji efektivitas manajemen krisis dan komunikasi perusahaan dalam merespons tragedi yang memicu kekhawatiran publik.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Menjelang akhir 2024, dunia aviasi diguncang empat kecelakaan pesawat komersial. Tragedi ini dimulai dengan jatuhnya pesawat Azerbaijan Airlines di Kazakhstan Rabu (25/12/2024). disusul insiden Air Canada 2259 yang mengalami kerusakan roda di Kanada Sabtu (28/12/2024) tergelincirnya KLM Royal Dutch Airlines KL1204 di Norwegia Sabtu (28/12/2024), dan kecelakaan Jeju Air di Korea Selatan Minggu, (29/12/2024).
Spekulasi terkait penyebab kecelakaan bermunculan meskipun hasil penyelidikan resmi belum diumumkan. Dugaan penyebab meliputi cuaca buruk, kondisi teknis pesawat, human error, hingga kemungkinan serangan sistem pertahanan udara. Media arus utama hingga konten kreator ramai membahas kejadian ini, menggunakan data teknis, cuplikan fakta, hingga opini pribadi.
Derasnya informasi yang beredar mengenai rentetan kecelakaan pesawat beberapa waktu belakangan, telah memicu kekhawatiran publik terhadap keselamatan penerbangan. Dalam hal ini, public relations (PR) perlu menjalankan perannya sebagai sistem peringatan dini (early warning system) dalam rangka mengelola isu dan opini publik.
Lima Strategi
Berhadapan dengan peristiwa kecelakaan pesawat, PR masing-masing maskapai dituntut menjalankan komunikasi dengan pendekatan yang tepat agar pesan dari perusahaan dapat memberikan kejelasan dan ketenangan kepada publik. Di sini, komunikasi seyogianya tidak hanya sebatas menginformasikan.
Soemirat yang dikutip Alifa Nur Fitri dalam jurnal Strategi Komunikasi Krisis Maskapai Penerbangan di Indonesia (Studi Analisis Komunikasi Krisis Adam Air, Air Asia dan Sriwijaya Air dalam Menghadapi Krisis Kecelakaan Pesawat melalui Perspektif Komunikasi Islam) (2021) menyebut, terdapat sekurangnya lima strategi yang bisa dijalankan PR dalam situasi tersebut.
Perusahaan harus melakukan langkah konkret yang sesuai dengan kebutuhan publik, seperti membantu keluarga korban dalam kasus kecelakaan pesawat. Langkah ini dapat membantu memenuhi harapan publik di saat krisis.
rentetan peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya peran komunikasi krisis dalam industri aviasi. Dengan pendekatan yang tepat, maskapai penerbangan tidak hanya dapat mengelola isu secara efektif, tetapi juga menjaga kepercayaan publik yang menjadi pondasi utama keberlangsungan bisnis di tengah tantangan yang tak terduga. (RHO)