JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Di era media sosial seperti sekarang, keputusan publik sangat dipengaruhi oleh informasi yang disebar oleh influencer (pemengaruh). Hal tersebut dimungkinkan berkat hubungan emosional dan rasa percaya yang terbangun lewat interaksi melalui video dan konten yang dibagikan.   CEO Hudson Davis Communications Blair Huddy seperti dikutip dari PR Daily, Kamis (31/10/24), menjelaskan, kepercayaan adalah fondasi utama bagi influencer. Namun, dalam konteks public relations (PR), menurutnya, pemanfaatan influencer untuk berbagai tujuan komunikasi harus didasari kepada beberapa hal berikut. Apa saja?

1.    Pemilihan ”Influencer” yang Tepat

Influencer yang autentik memiliki koneksi nyata dengan audiens mereka, sehingga dapat memastikan efektivitas dalam penyampaian pesan. Blair juga menyarankan agar PR memilih influencer yang selaras dengan nilai merek dan relevan dengan audiens target.

2.    Utamakan Keaslian

Konten autentik yang berdasarkan pengalaman pribadi influencer lebih disukai publik. Sebaliknya, konten yang terasa seperti iklan sering kali mendapatkan respons yang lebih rendah.

3.    Bangun Kreativitas Biarkan influencer

menyesuaikan pesan kampanye dengan gaya mereka sendiri untuk menciptakan koneksi yang lebih erat dengan audiens. Blair mencontohkan dengan sebuah kampanye untuk sebuah merek fashion. Seorang influencer yang berbagi pengalaman pribadi terkait produk, katanya, berhasil meningkatkan tingkat pembelian hingga lebih dari 50 persen.

4.    Hindari Kesan Penjualan yang Berlebihan

Konten yang terasa tidak autentik atau terlalu sering muncul sebagai iklan, akan membuat audiens kehilangan minat. Idealnya, influencer hanya membagikan tiga konten baru per minggu untuk menjaga kualitas dan relevansi. Demikian empat kiat praktis dalam kerja sama dengan influencer untuk kesuksesan kampanye komunikasi. Semoga informasi ini bermanfaat, ya! (RHO)