Sosok satu ini tengah naik daun di blantika dunia big data, AI, dan public relations. Usianya masih sangat muda, kelahiran 1990.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Pemilik nama Aqsath Rasyid Naradhipa ini, juga merupakan salah satu mahasiswa termuda ketika masuk kuliah di ITB, 2006. Malam itu, Senin (18/11/2024), melalui sambungan zoom, Asmono Wikan dan Lutfhi Rahmadian dari PR INDONESIA mewawancarai peraih sertifikat AMEC tersebut.
Kabarnya Anda adalah salah satu mahasiswa termuda di ITB. Bagaimana bisa menjadi seperti itu?
Saya lahir di Jakarta, tahun 1990. Tahun 1995 saya masuk sekolah dasar di Blok S, Senopati, Jakarta Selatan. Sebenarnya, aturan tidak memungkinkan, tetapi ibu saya memaksa untuk mencoba dulu selama satu cawu (catur wulan). Ibu saya bilang, “Kalau memang tidak bisa mengikuti pelajarannya, ya tahun depan masuk lagi.” Namun, ternyata di cawu pertama saya meraih peringkat satu. Karena itu, saya melanjutkan sekolah sampai lulus SD dalam enam tahun.
FterdaftarSaat lulus SMA di usia enam belas tahun, saya diterima di ITB. Namun, ada kendala karena ITB saat itu belum bisa mengakomodasi mahasiswa yang belum memiliki KTP. Saya sempat tertahan di Sabuga selama tiga sampai empat jam karena data administrasi saya tidak lengkap. Akhirnya, dengan menggunakan kartu lahir dan dokumen pendukung lainnya, saya berhasil terdaftar sebagai mahasiswa.
Jadi, pada tahun 2006, saya resmi masuk ITB untuk program S1 Teknik Informatika dan lulus pada Juli 2010. Sebulan kemudian, Agustus 2010, saya melanjutkan ke jenjang S2 di ITB.
Saya menyelesaikan studi S1 selama tiga tahun delapan bulan. Sidang skripsi saya selesai pada bulan Maret 2010, tetapi kelulusan resmi baru di bulan Juli. Waktu itu, kelulusan standar biasanya terjadi pada bulan Oktober. Jadi, ini tergolong cepat, karena pada bulan Juli hanya ada sekitar 16 orang, atau belasan mahasiswa, dari lebih 100 yang berhasil lulus di bulan tersebut.
Kenapa memilih (jurusan) Teknik Informatika? Apakah itu pilihan pribadi atau saran dari orang tua?
Itu pilihan pribadi. Saya maunya jurusan yang berhubungan dengan komputer. Sejak kecil, saya memang suka komputer, awalnya karena hobi main game. Saya merasa seru kalau bisa membuat game atau hal-hal lain yang berhubungan dengan teknologi. Jadi, sejak kecil sudah ada minat ke arah itu. Waktu kuliah di ITB, setiap minggu saya sering main game di warnet, bahkan ikut bertanding.
Apa tugas akhir kuliah S1 yang Anda kerjakan dan tentang apa?
Tugas akhir saya waktu itu tentang enkripsi, khususnya kriptografi. Judulnya adalah “Sistem Anti Pembajakan Perangkat Lunak”. Gampangnya begini, saya menggunakan metode enkripsi objek. Misalnya, kita bermain game seperti Winning Eleven atau FIFA. Gamenya bisa dimainkan dan tampil seperti biasa, tetapi objek tertentu, seperti bola, dienkripsi. Jadi, meskipun game bajakan bisa dijalankan, bola dalam game tidak muncul, sehingga game tidak bisa dimainkan dengan benar atau tidak bisa dinikmati.
Dengan konsep ini, tidak perlu mengenkripsi seluruh game yang ukurannya bergiga-giga. Cukup mengenkripsi objek yang esensial, misalnya hanya beberapa kilobyte atau megabyte. Contoh lain, jika bermain game perang, pedangnya bisa dienkripsi sehingga meskipun game dijalankan, tidak ada pedangnya. Jadi, fokusnya adalah mengenkripsi objek-objek penting dalam game.