Boy Kelana Soebroto terpilih kembali sebagai Ketua Umum Perhumas untuk periode 2024-2027 melalui Musyawarah Nasional (Munas) yang dilaksanakan di Bali. Program peningkatan kapasitas anggota Perhumas, yang meliputi sertifikasi profesional dan pelatihan intensif, akan diterapkan secara berkelanjutan selama kepemimpinannya.
BALI, PRINDONESIA.CO - Musyawarah Nasional (Munas) Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) ke-15 di Bali, Sabtu (23/11/2024), kembali menetapkan Boy Kelana Soebroto sebagai Ketua Umum periode 2024 – 2027 secara aklamasi. Penetapan ini diikuti oleh 46 pemegang mandat yang terdiri dari Dewan Kehormatan, Badan Pengurus Pusat, dan Badan Pengurus Cabang Perhumas.
Terpilihnya Boy untuk kedua kalinya menjadi bukti kepercayaan anggota Perhumas atas capaian strategisnya di periode sebelumnya. Seperti dikutip dari siaran pers, Senin (25/11/2024), Ketua Panitia Munas Perhumas Benny Butarbutar menggarisbawahi berbagai pencapaian organisasi di bawah kepemimpinan Boy. Salah satunya, penyelenggaraan World Public Relations Forum (WPRF) 2024 beberapa waktu lalu.
“Perhumas mampu meyakinkan Global Alliance selaku asosiasi kehumasan dunia, bahwa aktivitas humas Indonesia mampu bekerja sama dan memberikan sumbangan pemikiran berupa local wisdom yang bisa menjadi contoh dan acuan praktik kehumasan internasional,” ujar Benny.
Tiga Misi
Dihubungi secara terpisah, Boy di periode kepemimpinannya kali ini menegaskan akan fokus menjalankan misi utama yang diemban Perhumas. Yakni peningkatan kapasitas anggota melalui sertifikasi profesional dan pelatihan intensif. Ia menilai, upaya keberlanjutan dalam peningkatan kompetensi adalah syarat mutlak untuk menjaga kualitas dan kredibilitas profesi humas. “Peningkatan kapasitas baik dari perspektif keanggotaan maupun kerja sama dengan pihak lain menjadi program unggulan Perhumas,” ujarnya secara tertulis kepada HUMAS INDONESIA, Rabu (27/11/2024).
Lebih lanjut Boy menjelaskan, program peningkatan kapasitas yang diusung Perhumas akan terbagi menjadi dua kategori utama, yakni reguler dan spesialis. Adapun program reguler dirancang untuk dilaksanakan secara berkelanjutan setiap tahun, dan mencakup berbagai kegiatan seperti sertifikasi profesional, akreditasi, pelatihan, serta lokakarya berjenjang. Program ini dimulai dari level pemahaman kehumasan dasar hingga mencapai tingkat manajerial.
Sementara program spesialis difokuskan pada peningkatan kapasitas anggota dalam menghasilkan produk intelektual strategis. Salah satu contohnya adalah “Perhumas Indicators”, sebuah inisiatif berbasis riset yang memberikan rekomendasi kebijakan kehumasan. Program ini bertujuan mengukur efektivitas kepercayaan dan reputasi di berbagai sektor, seperti pemerintah, perusahaan swasta, perusahaan multinasional, hingga BUMN.
Dalam rangka memperkuat kolaborasi, tandas Boy, Perhumas juga mengadopsi pendekatan golden triangle, yaitu sinergi antara pemerintah, akademisi, dan dunia bisnis. Kolaborasi ini akan menonjolkan nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) yang menjadi keunikan untuk menciptakan solusi komunikasi yang holistik dan inklusif. (AZA)