Para pembicara Kelas Humas Muda Volume 2 yang datang dari dunia usaha, public relations (PR), dan media sosial, berbagai pengalaman tentang bagaimana unsur kisah baik punya peran besar dalam mendukung komunikasi dan memperkuat citra.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Kelas Humas Muda (KHM) Volume 2 berlangsung tak kalah menarik dari kelas sebelumnya. Mengusung tema “Good Story Good Brand”, kegiatan yang digelar di Lidah Lokal Artotel Gelora Senayan, Jakarta, Sabtu (16/11/2024), mengajak para peserta belajar cara membangun dan mengorkestrasikan kisah-kisah baik berdasarkan pengalaman, untuk memengaruhi publik sehingga berdampak positif bagi citra individu maupun organisasi.
Dalam kesempatan ini, sejumlah pembicara dari berbagai latar belakang profesi dihadirkan untuk berbagi pandangannya. Mereka adalah pemilik brand Thenblank Mutiara Kamila Athiyya, Assistant Vice President Public Relations NET TV Nugroho Agung Prasetyo, dan influencer Ditya Metharani.
Inisiator KHM Reylando Eka Putra menjelaskan, ketiga pembicara itu mewakili bidang-bidang yang sesuai dengan kebutuhan para profesional maupun calon praktisi public relations (PR). “Mereka dapat berbagi pengalaman tentang bagaimana unsur good story punya peran besar dalam mendukung komunikasi dan memperkuat citra,” ujarnya ketika membuka kegiatan.
Kiat bagi Praktisi Komunikasi
Secara garis besar, ketiga pembicara sepakat bahwa kisah-kisah baik punya peran penting dalam membentuk citra. Namun, dalam konteks dunia usaha, Kamila menilai kisah kesuksesan seseorang yang berangkat dari titik nol (from zero to hero), cenderung lebih mudah membantu tercapainya tujuan komunikasi. “Kita selalu letakkan cerita seperti itu di awal kampanye untuk membangun kesadaran. Kisah semacam ini mampu mendorong penjualan,” terangnya.
Berbeda dengan Kamila yang bergerak di dunia usaha, Agung yang melakoni karier sebagai praktisi public relations (PR) lebih berfokus pada platform yang dipilih untuk menyebarkan kisah, ketimbang muatan kisah itu sendiri. Menurutnya, setiap kisah unik dan menarik. Oleh karena itu, ketepatan penggunaan platform menjadi sangat penting untuk memastikan efektivitas. “Suatu kisah dapat disebut efektif ketika tepat menyasar audiensnya,” ujarnya.
Seakan melengkapi keduanya, Metha menekankan pentingnya mengenal diri sendiri, atau industri yang digeluti, ketika ingin membangun citra lewat kisah. Dengan itu, katanya, semua proses yang dibutuhkan, seperti memetakan target audiens, akan lebih mudah. “Terpenting kita harus percaya dan bangga dengan kisah yang dimiliki. Ceritakan secara lantang, visualkan dengan bangga,” imbaunya menandaskan. (lth)