Govcom berkolaborasi dengan pakar komunikasi dan Ketua Asosiasi Kehumasan Indonesia merilis publikasi terkait strategi komunikasi Presiden Joko Widodo.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Menjelang pergantian kepemimpinan dari Presiden Joko Widodo ke Presiden Prabowo Subianto beberapa waktu lalu, Govcom, mitra strategis komunikasi pemerintahan, merilis laporan Govcom Insights. Laporan yang diluncurkan pada Sabtu (19/10/2024) itu membahas perjalanan komunikasi Presiden Jokowi selama sepuluh tahun terakhir, mencakup bagaimana strategi komunikasi beliau membentuk hubungan kuat antara pemerintah dan masyarakat dengan pendekatan berbasis teknologi dan keterbukaan.
Govcom Insights menyajikan refleksi menyeluruh mengenai berbagai aspek komunikasi presiden, termasuk keberhasilan Jokowi dalam memanfaatkan media sosial untuk mendekatkan diri dengan rakyat. “Presiden Jokowi telah menciptakan praktik komunikasi yang efektif dan inovatif melalui pendekatan blusukan serta pemanfaatan media sosial,” ujar Ani Natalia, founder Govcom. “Namun, di balik kesuksesan itu, tantangan seperti ketergantungan pada buzzer dan influencer masih memerlukan perhatian lebih untuk masa depan,” tambahnya.
Salah satu aspek penting yang diangkat laporan tersebut adalah dampak penggunaan media sosial. Meskipun memperkuat hubungan dengan generasi muda, tetapi hal itu dinilai terlalu menyederhanakan isu-isu kompleks. Sebagaimana dikemukakan oleh Jojo S. Nugroho, co-founder Govcom dan mantan Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI), hal tersebut menimbulkan tantangan bagi pemerintah dalam menjangkau akar rumput. “Penggunaan buzzer dan influencer yang berlebihan menciptakan risiko terjadinya echo chamber di media sosial. Pesan hanya berputar di kalangan terbatas, dan tidak selalu menyentuh isu-isu mendasar yang dihadapi masyarakat,” ucapnya.
Rekomendasi untuk Pemerintahan Baru
Laporan Govcom Insights turut menawarkan rekomendasi konkret untuk tim komunikasi presiden berikutnya, yang menekankan pentingnya konsistensi pesan, penggunaan satu juru bicara yang kompeten, serta peningkatan koordinasi antar lembaga, baik di tingkat pusat maupun daerah. “Di masa depan, komunikasi pemerintah harus lebih adaptif, berbasis data, dan responsif terhadap perubahan teknologi serta kebutuhan masyarakat,” lanjut Ani.
Selain itu, laporan tersebut juga menyoroti perlunya peningkatan literasi publik dan pemanfaatan komunikasi yang lebih edukatif dalam rangka mendorong partisipasi aktif masyarakat. Strategi komunikasi yang berbasis data dan transparansi diyakini dapat membantu pemerintah mengatasi tantangan komunikasi lintas sektor dan meningkatkan trustworthiness, kompetensi, dan goodwill pemerintah di mata masyarakat.
Kepada pemerintahan baru, co-founder Govcom Irwan Hermawan ikut menegaskan pentingnya membangun kepercayaan publik melalui komunikasi yang otentik dan konsisten. “Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk menganalisis tren dan menyelaraskan pesan kebijakan secara real-time, pemerintahan mendatang akan lebih mampu menyampaikan informasi yang relevan dan kredibel kepada semua lapisan masyarakat,” terangnya.
Govcom Insights 2024 diharapkan menjadi referensi penting bagi pemerintahan yang baru, dan dapat memberikan panduan strategis yang berfokus pada konsistensi pesan, penggunaan teknologi, serta komunikasi yang inklusif. Publikasi ini tidak hanya menyoroti perjalanan komunikasi Presiden Jokowi, tetapi juga memberikan wawasan berharga bagi para pembuat kebijakan dan tim komunikasi pemerintah untuk masa depan. (AZA)