General Manager impact.com Asia Tenggara dan India Antoine Gross menjelaskan, signifikansi peran influencer telah memaksa brand untuk mengintegrasikan keberadaan mereka ke dalam strategi pemasaran. Seperti apa?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Laporan terbaru impact.com bersama Cube Asia bertajuk “E-Commerce Influencer Marketing in Southeast Asia” mengungkap signifikansi peran influencer (pemengaruh) dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen di Indonesia. Disebutkan bahwa saat ini sebanyak 88 persen konsumen dari total 400 responden dewasa di tanah air, membeli produk berdasarkan rekomendasi influencer.
Laporan tersebut menjelaskan, mega influencer menjadi yang paling banyak “didengar” oleh konsumen Indonesia dengan persentase 70 persen. Disusul oleh selebritas di angka 69 persen, dan macro influencer 62 persen. Dari segi dampak terhadap pembelian konsumen, influencer di tanah air berkontribusi sebesar 70 persen pada pembelian di kategori fashion, dan 64 persen untuk produk kecantikan. Sementara untuk platform, Instagram dan YouTube merupakan yang terpopuler dengan tingkat penggunaan 87 persen, disusul TikTok 77 persen.
Membaca temuan tersebut, General Manager impact.com Asia Tenggara dan India Antoine Gross menjelaskan, signifikansi peran influencer telah memaksa perusahaan untuk mengintegrasikan keberadaan mereka ke dalam strategi pemasaran. “Kami menemukan bahwa pengaruh rekomendasi influencer sedang mengubah cara brand berinteraksi dengan audiens mereka,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (7/10/2024).
Menurut Antoine, dalam konteks kekinian penggunaan influencer bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Sebab dalam laporan tersebut terungkap pula bahwa influencer tidak hanya mendorong konversi produk fisik, tetapi juga di aspek perjalanan online dan layanan berlangganan (subscription). “Brand yang tidak beralih ke pemasaran influencer berisiko tertinggal,” tegasnya.
Strategi yang Bisa Diterapkan “Brand”
Lebih lanjut Antoine menjelaskan, setidaknya ada empat poin penting yang perlu diperhatikan oleh brand dalam pengembangan strategi berbasis influencer. Berikut uraiannya.
1. “Influencer” Mendorong Penggunaan Layanan Berlangganan
Di Indonesia, kata Antoine, kategori media dan hiburan memiliki jumlah pelanggan online terbanyak, dengan selisih signifikan sebesar 75 persen. Dalam hal ini, lanjutnya, influencer memainkan peran kunci dalam mendorong adopsi di kategori tersebut.
2. “Live Commerce” Jadi Primadona di Indonesia
Siaran langsung penjualan (live commerce) telah mencapai adopsi massal di Indonesia, dengan TikTok sebagai pemimpin penggunaan sebesar 77 persen. Menyusul setelahnya Shopee dengan tingkat penggunaan 74 persen.
3. Motivasi Utama Konsumen Menonton “Live Commerce”
Konsumen Indonesia cenderung menjadikan penawaran menarik dan ulasan produk sebagai alasan utama untuk mengonsumsi konten live commerce, dengan presentase masing-masing 83 persen dan 65 persen.
4. Kategori yang Terpopuler di Indonesia
Kategori aktivitas dan aktraksi menjadi yang paling populer di Indonesia, dengan adopsi sebesar 66 persen. Mengekor jauh di belakangnya kategori akomodasi dan penerbangan, dengan tingkat adopsi masing-masing sebesar 41 persen dan 38 persen.
Berdasarkan data dan temuan di atas, Antoine berpandangan, lanskap e-commerce di Asia Tenggara berkembang dengan cepat dalam konteks pertumbuhan maupun kebutuhan akan diferensiasi strategis. Oleh karena itu, menurutnya, brand harus bisa beradaptasi dalam strategi. “Saluran periklanan tradisional semakin kehilangan daya tarik, karena konsumen kini lebih tertarik pada konten yang autentik dan menarik,” pungkasnya. (lth)