Cara Menangani Krisis yang Dipicu “Influencer”
PRINDONESIA.CO | Selasa, 01/10/2024
Cara Menangani Krisis yang Dipicu “Influencer”
Ilustrasi influencer media sosial.
Photo by Artem Podrez via Pexels

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Secara global, hampir sekitar 75 persen konsumen hari ini mencari rekomendasi tentang banyak hal dari influencer (pemengaruh). Praktis, keberadaan mereka pun menjadi bagian integral dalam strategi komunikasi suatu perusahaan. Oleh karena itu, kata Senior Director Public Relations (PR) Samsung Electronics America Alyson Buck, penting bagi PR kiwari memiliki panduan yang jelas untuk menangani krisis yang bisa jadi muncul berkaitan dengan influencer.

Alyson menilai penting panduan krisis influencer, karena kepiawaian mereka dalam membangun merek membuat batas antara identitas pribadi dan merek yang mereka wakili menjadi sangat tipis. “Kompleksitas muncul ketika taruhannya bersifat pribadi,” tegasnya kepada PR NEWS seperti dikutip Senin (30/9/2024).

Oleh karena itu ia menjelaskan, terdapat sekurangnya empat elemen penting yang harus ada di dalam panduan krisis influencer. Pertama, pohon komunikasi internal. Ini mengacu kepada siapa saja yang harus diberi tahu dan siapa yang memegang keputusan akhir. Kedua, catatan tanggapan krisis perusahaan sebelumnya, sebagai referensi untuk menjaga konsistensi pesan.

Ketiga, rencana skenario untuk masalah umum yang disebabkan oleh influencer seperti unggahan yang tidak sesuai, atau konten yang kurang pantas. Keempat, rencana pengukuran dengan tim dan alat yang siap dioperasikan.

Hal yang Perlu Dilakukan

Meski transparansi dalam situasi krisis merupakan aturan baku di dunia PR, tetapi dalam konteks krisis yang dipicu oleh influencer, kata Alyson, praktisi PR sebaiknya melakukan evaluasi situasi secara individual.

Adapun hal pertama yang perlu dilakukan, terangnya, adalah berkomunikasi dengan tim influencer terkait untuk mendapatkan fakta. Jika kemudian diperlukan, berikan tanggapan publik yang cepat, tepat, serta berorientasi pada tindakan. Setelahnya, tugaskan tim media sosial untuk mengelola akun dari potensi lonjakan komentar negatif. “Penyebutan merek dan analisis sentimen dari waktu ke waktu bisa menjadi indikator yang baik apakah Anda telah berhasil keluar dari badai krisis,” ujarnya menegaskan pentingnya pengukuran.

Mengingat peluang krisis bisa muncul dari kerja sama dengan influencer, Alyson mengimbau agar praktisi PR kiwari dapat melakukan riset yang komprehensif guna memastikan autentisitas dan risiko potensial. Selain itu, tambahnya, pastikan pula kedua belah pihak memiliki pandangan yang sama mengenai konten yang diinginkan. Tak kalah penting, libatkan tim hukum dalam negosiasi, dan pastikan semua pihak memahami ekspektasi dengan jelas. (lth)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI