Kesempatan magang yang dibuka perusahaan agensi PR sejatinya harus efektif. Sejalan, mahasiswa pun perlu memandang kesempatan tersebut lebih dari sekadar penggugur kewajiban akademis.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Sejumlah akademisi dan praktisi public relations (PR) yang sempat PR INDONESIA wawancarai sepakat, program magang merupakan salah satu cara memastikan keselarasan antara kompetensi lulusan PR dengan kebutuhan industri. Sebab menurut mereka, ada beberapa hal yang tidak bisa didapatkan calon praktisi PR masa depan di ruang kelas perkuliahan. Sebut saja koneksi profesional, hingga dinamika dan tantangan dunia kerja nyata.
Sejalan dengan itu, mahasiswa magang perlu memandang kesempatan magang lebih dari sekadar penggugur kewajiban akademis. Sementara pemberi magang, harus menghadirkan program yang efektif. Dalam hal ini, kata founder sekaligus CEO JMG Public Relations Jenna Guarneri, terdapat setidaknya empat cara yang bisa diupayakan pemberi magang agar mahasiswa PR memiliki kompetensi mumpuni. Melansir PR News, Senin (9/9/2024), berikut uraiannya.
1. Hadirkan Pengalaman Terbaik
Bagi Jenna, membiarkan mahasiswa PR mengerjakan tugas secara mandiri merupakan pengalaman paling berharga yang bisa dihadirkan pemberi magang. Namun, katanya, kesempatan tersebut harus dibarengi kemampuan pemberi magang menciptakan ruang terstruktur dan tugas-tugas spesifik. “Ini akan menghasilkan peserta magang yang lebih terlibat, termotivasi, dan merasa diberdayakan,” ujarnya.
2. Sediakan Kesempatan Berkolaborasi dan Ruang Diskusi
Kerap ditemukan peserta magang di sebuah organisasi bekerja secara terpisah semata sebagai unit pendukung. Menurut Jenna, format seperti ini harus diubah. Peserta magang perlu diberi akses terhadap pengetahuan institusional yang memungkinkan mereka bertumbuh. “Gabungkan akses tersebut dengan dorongan untuk bertanya, belajar dari kesalahan, dan berdiskusi,” paparnya.
3. Beri Kepercayaan dan Tantangan
Sejatinya, mahasiswa mengikuti magang untuk mengembangkan dan mengasah keterampilan tertentu. Oleh karena itu, pemberi magang perlu menantang mereka dengan tugas yang lebih sulit atau bahkan kesempatan memimpin kampanye. Bagi Jenna, cara ini dapat mengoptimalkan potensi peserta magang, sekaligus membuka ide-ide kreatif bagi organisasi.
4. Integrasikan Peserta Magang ke dalam Budaya Organisasi
Mengintegrasikan peserta magang ke dalam budaya organisasi, kata Jenna, dapat membantu mereka lebih nyaman mengerjakan tugas-tugas yang menantang. Sejalan dengan itu, pemberi magang juga dapat menilai apakah peserta tersebut cocok untuk mengisi posisi penuh waktu di kemudian hari.
Terlepas dari format, norma, dan tradisi magang di organisasi masing-masing, tandas Jenna, pemberi magang harus memahami bahwa peserta magang hari ini mungkin menjadi karyawan berkinerja tinggi di masa depan. Dalam hal ini, cara-cara di atas diyakini dapat memastikan program magang berdampak bagi kedua belah pihak. (lth)