Tak jarang praktisi public relations (PR) kesulitan menangani artikel negatif secara dini. Oleh karena itu menurut Managing Partner Voxus PR Tara Smith, lima tips berikut ini setidaknya dapat membantu.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Dalam situasi krisis, satu masalah umum yang kerap dihadapi organisasi adalah kemungkinan munculnya artikel negatif secara tiba-tiba. Adapun artikel negatif ini dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis. Di antaranya laporan berbasis fakta tentang masalah nyata, tulisan yang sengaja dibuat untuk niat buruk, atau sesuatu di antara kedua bentuk tersebut.
Tak jarang praktisi public relations (PR) kesulitan menangani artikel negatif secara dini maupun dampak lanjutannya. Dalam hal ini, Managing Partner Voxus PR Tara Smith menjelaskan, sejatinya ada enam tindakan yang bisa praktisi PR lakukan. Dilansir dari PR News Online, berikut uraiannya.
1. Kumpulkan Fakta-Fakta
Pertama praktisi PR harus mencari tahu segala sesuatu tentang artikel negatif yang beredar. Kemudian lakukan pemeriksaan silang dengan orang-orang yang mengetahui fakta sesungguhnya. Dalam proses ini, PR harus bersikap jujur pada diri sendiri maupun pemangku kepentingan tentang apa yang ditemukan.
2. Pahami Sejauh Mana Jurnalis Berproses
Menurut Tara, ketika PR diminta memberikan komentar dengan tenggat waktu yang ketat, kemungkinan berita senada dengan artikel negatif sebelumnya telah ditulis oleh jurnalis. Namun, biasanya jurnalis akan memberikan PR waktu untuk merespons. Dalam hal ini, penting bagi PR secara proaktif bernegosiasi.
3. Ciptakan Interaksi
Interaksi dengan audiens ketika krisis tidak melulu lewat siaran pers. Tara menjelaskan, PR juga bisa menggelar pertemuan di belakang layar (off the record), dengan pihak ketiga yang kredibel dan dapat memvalidasi sudut pandang organisasi terkait krisis. Namun, imbaunya, pertimbangkan betul-betul bagaimana pernyataan atau informasi akan terlihat dalam konteksnya. Jangan terlalu banyak memberikan komentar tambahan, karena akan menciptakan kesan defensif.
4. Antisipasi Artikel Negatif Susulan
Sebuah artikel negatif di kala krisis dapat memunculkan minat tambahan dari khalayak. Oleh karena itu, PR harus segera mendapatkan perspektif dan data yang tepat dari artikel awal, guna memudahkan dalam menjawab pertanyaan lanjutan.
5. Ketahui Kapan Harus Berhenti Berinteraksi
Pada titik tertentu, sebuah artikel negatif tentang organisasi akan tetap menjadi cerita negatif. Oleh karena itu, pesan Tara, PR harus bisa menahan keinginan memberikan komentar tambahan. Terutama jika artikel negatif tersebut memuat elemen kebenaran. Sebagai gantinya, pikirkan tindakan untuk mengubah narasi ke depan.
Demikian lima tips bagi PR ketika menghadapi artikel negatif di saat krisis. Semoga informasi ini bermanfaat, ya! (lth)