Warganet menyoroti cuitan lama Ridwan Kamil di media sosial X yang bernada sindiran hingga bernuansa seksual. Apa dampaknya?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Media sosial dengan perkembangannya yang pesat telah menawarkan segudang manfaat. Namun, penggunaannya harus dibarengi kebijaksanaan agar tidak menjadi ancaman bagi reputasi di kemudian hari, seperti yang baru-baru ini dialami Ridwan Kamil.
Pria yang karib disapa Kang Emil itu kini tengah menjadi sorotan di media sosial. Bukan semata karena pencalonannya sebagai Gubernur Jakarta, tetapi karena cuitan lamanya di platform X (dulu Twitter) yang menyindir warga ibu kota. "Tengil, gaul, glamor, songong, pelit, gengsian, egois, pekerja keras, tahan banting, pamer, hedon. Itu karakter orang Jakarta," tulisnya pada tanggal 6 Juni 2011.
Selain cuitan bernada sindiran, warganet juga ramai menyoroti unggahan lama mantan Gubernur Jawa Barat itu yang dianggap bernuansa seksual. Kang Emil pun diketahui segera menyampaikan permintaan maaf atas tulisan-tulisannya di masa lalu. Melalui akun X @ridwankamil, Minggu (25/8/2024), ia menjelaskan unggahan-unggahan terdahulu itu merupakan bentuk eskpresi bebasnya sebagai masyarakat biasa.
Peraih gelar Master of Urban Design dari University of California itu turut mengamini dirinya kurang bijaksana dalam menyampaikan kritik melalui media sosial di masa lalu. Cuitan-cuitan tersebut, katanya, turut berdampak pada dirinya ketika menjabat Walikota Bandung maupun Gubernur Jawa Barat. "Pada gilirannya Allah menakdirkan saya menjadi pejabat publik. Saya giliran balik dikritik, disindir, dinyinyiri di media sosial. Saya sering melihat diri saya yang dulu, netizen yang marah tadi. Bikin saya tersenyum dan sadar," tulisnya.
Di akhir cuitannya, Kang Emil mengakui apa yang ia lakukan di masa lalu adalah salah, dan tidak berniat membela diri atau bersusaha membenarkan tindakan-tindakan tersebut. “Katanya masa lalu tidak akan mengubah masa depan, tapi sebaliknya. Maafkan aku yang dulu. Mari kita move on," pungkasnya.
Dampak Negatif Media Sosial
Belajar dari kasus Ridwan Kamil, kebijaksanaan dalam penggunaan media sosial harus menjadi prioritas setiap individu. Sebab, ada serangkaian dampak negatif yang akan tercipta dari kealpaan tersebut, termasuk bagi organisasi atau pihak yang terafiliasi dengan pemilik akun media sosial terkait. Melansir reputationsciences.com, berikut uraiannya:
1. Kerusakan Reputasi
Cuitan kontroversial atau unggahan yang tidak pantas bisa memicu kemarahan publik dan merusak citra organisasi. Kondisi ini bisa memengaruhi loyalitas audiens, kepercayaan investor, dan bahkan nilai merek, dengan dampak jangka panjang di berbagai platform online.
2. Kehilangan Kontrol atas Citra Merek
Media sosial memungkinkan audiens bebas berpendapat. Hal ini berpeluang membuat organisasi kehilangan kontrol atas citra merek. Sebab, komentar positif dan negatif dapat memengaruhi persepsi publik. Sementara kritik viral bisa dengan cepat merusak reputasi.
3. Publikasi Negatif dan Reaksi Viral
Publikasi negatif dan reaksi viral di platform media sosial bisa langsung merusak citra organisasi. Dalam beberapa kasus, hal tersebut dapat memengaruhi operasional organisasi, dan mengikis kepercayaan publik.
4. Penurunan Kepercayaan dan Loyalitas Audiens
Reputasi yang rusak biasanya akan disusul oleh runtuhnya kepercayaan dan loyalitas audiens. Dalam hal ini, respons dan umpan balik negatif di media sosial bisa merusak kredibilitas organisasi, sehingga membuat audiens meragukan keandalan dan kualitas merek. Kondisi ini juga dapat menanamkan keraguan dan merusak nilai-nilai organisasi. (jar)