Menurut pendiri agensi public relations (PR) 5WPR Ronn Torossian, praktisi PR harus memainkan peran dalam membudayakan transparansi terkait proses di balik penggunaan AI yang mencakup penggunaan data, hingga potensi keterbatasan “kepintaran” mesin tersebut.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang kian pesat membuat banyak organisasi berlomba mengadopsi penggunaannya. Namun, antusiasme tersebut datang bersamaan dengan kekhawatiran publik mengenai proses di balik penggunaan AI yang mencakup penggunaan data, hingga potensi keterbatasan “kepintaran” mesin tersebut.
Oleh karena itu, menurut pendiri agensi public relations (PR) 5WPR Ronn Torossian, praktisi PR harus memainkan peran dalam membudayakan transparansi terkait berbagai isu di atas. “Transparansi mengenai hal-hal tersebut dapat mengurangi risiko, mencegah potensi krisis, dan membangun reputasi yang solid bagi perusahaan,” ujarnya seperti dikutip dari laman Agility PR Solutions, Selasa (20/8/2024).
Dalam hal ini, Ronn menjelaskan, ada sejumlah strategi yang bisa dijalankan PR untuk memastikan transparansi tersebut. Berikut uraiannya.
Melakukan Komunikasi yang Jelas dan Mudah Diakses
PR harus mengupayakan agar AI dipahami oleh khalayak luas. Dalam hal ini, kata Ronn, hindari jargon teknis dan istilah kompleks. Sebagai gantinya, komunikasikan konsep AI yang rumit agar relevan dengan keseharian, melalui narasi yang menarik, atau infografis, video, maupun elemen interaktif lainnya.
Pengungkapan Proaktif
PR harus dapat mengomunikasikan dengan jelas praktik pengumpulan, penggunaan, dan penyimpanan data. Termasuk menjelaskan bagaimana algoritma AI membuat keputusan dengan jelas.
Bersikap Terbuka tentang Upaya Identifikasi Bias
Menurut Ronn, PR harus punya kerendahan hati untuk mengaku ketika sistem AI yang digunakan organisasi melakukan kesalahan. Sejalan dengan itu, pesannya, segera jelaskan langkah-langkah yang diambil untuk memperbaiki kesalahan.
Mengembangkan Kerangka Kerja Etis
Perusahaan AI atau organisasi yang mengadopsi penggunaan kecerdasan buatan perlu memiliki kerangka kerja yang transparan dan etis, guna menguraikan nilai maupun pedoman dalam pengembangan AI.
Membangun Dialog Terbuka dengan Para Stakeholder
PR perlu menetapkan saluran khusus yang mudah diakses oleh para pemangku kepentingan untuk mengajukan pertanyaan hingga memberikan umpan balik.
Memberdayakan Stakeholder
PR juga bisa memberdayakan stakeholder internal untuk mendukung transparansi penggunaan AI, lewat pemberian informasi dan pelatihan yang diperlukan. Ronn juga menilai penting hubungan baik dengan media massa, demi memastikan liputan yang akurat dan seimbang tentang inisiatif AI organisasi.
Manajemen Krisis
Ronn menegaskan, PR harus mengembangkan rencana komunikasi krisis yang komprehensif untuk menangani potensi insiden negatif dengan cepat dan efektif. Ia juga menyarankan untuk mempertahankan komunikasi terbuka selama krisis, memberikan pembaruan secara berkala, dan mengakui setiap kesalahan.
Demikian tujuh hal yang bisa praktisi PR jalankan untuk memastikan organisasi transparan dalam penggunaan AI. Semoga informasi ini bermanfaat, ya! (lth)