Unilever Indonesia menargetkan tambahan satu juta santri dari program Santri Berseri 2024 yang berfokus pada efukasi kesehatan, dengan penekanan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Unilever Indonesia menegaskan komitmen terhadap kesehatan masyarakat, dengan melanjutkan program Santri Berseri (santri bercahaya, sehat, dan percaya diri), yang telah menjangkau lebih dari satu juta santri dari berbagai pondok pesantren di tanah air sejak dimulai pada 2019 lalu.
Head of Sustainability and Corporate Affairs Unilever Indonesia Nurdiana Darus menyampaikan, pada tahun ini program yang berfokus pada edukasi kesehatan dengan penekanan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menargetkan tambahan satu juta santri dari 1.000 pondok pesantren di 17 provinsi mencakup Sumatera Utara, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan DKI Jakarta.
Nurdiana juga menjelaskan, pesantren dipilih sebagai sasaran program karena merupakan institusi pendidikan yang strategis untuk penyebaran kebiasaan positif. “Interaksi yang intens antar para santri/santri putri yang belajar dan tinggal di pondok pesantren, menjadi kesempatan yang sangat baik untuk saling mencontohkan dan meniru berbagai hal positif termasuk PHBS,” ujarnya melalui siaran pers, Jumat (2/8/2024).
Edukasi Melalui “Training of Trainers” (ToT)
Program Santri Berseri tahun ini, lanjut Nurdiana, akan diawali dengan kegiatan Training of Trainers (ToT) pada Juni hingga Agustus 2024 oleh mitra NGO Unilever Indonesia (PERSADA), yang melibatkan pengurus pesantren dan duta santri dengan materi seputar kebersihan diri, hingga mempersiapkan makanan bergizi dan pengelolaan sampah.
Dilanjut setelah kegiatan ToT, para peserta akan diajak untuk menyebarkan pengetahuan yang didapat kepada seluruh warga pesantren, terutama teman sebaya. Sejalan dengan itu, imbuh Nurdiana, pihaknya juga akan menggencarkan Gerakan 21 Hari untuk membentuk kebiasaan gaya hidup bersih dan sehat. “Kami berharap rangkaian program dengan dukungan Kementerian Agama ini dapat melahirkan agen perubahan yang mampu menciptakan lingkungan yang lebih sehat,” tutupnya. (jar)