Founder sekaligus CEO LSPR Institute of Communication and Business Prita Kemal Gani percaya, PR punya peran penting dalam membuat konsep keberlanjutan menjadi lebih menarik. Salah satunya dengan menggunakan kekuatan narasi. Seperti apa?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Keberlanjutan sering dianggap sebagai konsep yang membosankan dan sulit diterapkan. Padahal, menurut founder sekaligus CEO LSPR Institute of Communication and Business (LSPR) Prita Kemal Gani, penerapan poin-poin environmental (lingkungan), social (sosial), dan governance (tata kelola) (ESG), seharusnya menjadi bagian integral dalam keseharian individu maupun organisasi. Oleh karena itu ia mengatakan, public relations (PR) harus mengambil peran penting untuk mengubah persepsi tersebut.
Menurut Prita, narasi yang disusun oleh PR secara tepat dapat membuat praktik keberlanjutan menjadi lebih menarik dan mudah dipahami. Terlebih yang menjadi tantangan dalam mengomunikasikan keberlanjutan adalah mengubah perilaku masyarakat. “Dengan menyajikan narasi yang dibarengi data dan dampak nyata dari perubahan iklim, masyarakat dapat lebih termotivasi untuk bertindak,” ucapnya dalam acara The 1st LSPR Sustainability and Public Relations Summit 2024 di Jakarta, Rabu (24/7/2024).
Perempuan yang dinobatkan sebagai PR INDONESIA Guru itu mencontohkan, saat ini PR dapat mengomunikasikan perubahan iklim yang mengakibatkan cuaca ekstrem, lewat narasi soal dampaknya terhadap turbulensi pesawat yang kian sering terjadi. “Tanpa narasi, orang mungkin tidak akan percaya dengan fakta tersebut," lanjutnya.
Diawali Aksi Nyata
Komunikasi yang digencarkan PR kepada masyarakat, harus diawali dengan aksi nyata yang telah dilakukan. Di lingkungan kampus LSPR misalnya, kata Prita, pihaknya tidak menyediakan lift dan membatasi penggunaan tisu sebagai bagian komitmen terhadap keberlanjutan. Harapannya, aksi tersebut dapat menular ke ruang lain yang disinggahi mahasiswa maupun staf LSPR>
Di samping itu, LSPR diketahui juga turut menanamkan nilai-nilai keberlanjutan kepada mahasiswa melalui SDGs Film Festival yang telah berlangsung selama enam tahun, dan secara aktif menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi lain untuk memperluas sosialisasi keberlanjutan melalui leadership forum. “Bekerja sama dengan LLDIKTI III dan lima kampus lain, gerakan ini berpotensi berdampak pada ratusan ribu orang,” terangnya.
Prita menjelaskan, hasil dari serangkaian komitmen kampus terhadap keberlanjutan itu sudah tampak dari perubahan sikap yang signifikan. Dulu, katanya, mahasiswa LSPR yang kerap membawa kendaraan pribadi ke kampus, sudah mulai terdorong untuk menggunakan transportasi umum dan berjalan kaki.
Menambahkan Prita, Ketua Acara The 1st LSPR Sustainability & PR Summit Taufan Teguh Akbari mengatakan, saat ini para mahasiswa LSPR juga sudah mulai aktif menggunakan botol minum isi ulang sebagai pengganti botol plastik sekali pakai. Bahkan, tak sedikit lulusan LSPR yang memilih untuk bekerja di perusahaan dengan komitmen terhadap keberlanjutan. “Dengan adanya narasi keberlanjutan, mahasiswa tidak hanya bekerja untuk profit, tetapi juga mencari kesempatan untuk berbuat kebaikan,” pungkasnya. (jar)