Kesenjangan antara pendidikan Ilmu Komunikasi di perguruan tinggi dengan praktiknya di dunia kerja masih kentara. Bagi Asmono Wikan, CEO dan founder PR INDONESIA, penyebabnya adalah kurikulum yang kurang up-to-date, keterbatasan fasilitas, dan kurangnya kerjasama antara perguruan tinggi dengan industri.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Isu kesenjangan pendidikan di perguruan tinggi selalu muncul ke permukaan, ketika membahas kualitas lulusan kampus. Khususnya di peminatan Ilmu Komunikasi. Jamak dipahami, kini pendidikan Ilmu Komunikasi semakin diminati oleh calon mahasiswa. Tingkat keketatan seleksi masuk pun juga semakin menguat. Ini mengindikasikan bahwa dunia komunikasi memiliki masa depan yang cemerlang di pasar tenaga kerja. Benarkah demikian yang terjadi?
Eits, nanti dulu. Meskipun tren peminat kuliah di jurusan komunikasi semakin tinggi, isu kesenjangan antara teori pengajaran di bangku perkuliahan dengan praktiknya di dunia kerja masih saja kerap muncul. Mengapa isu ini terus mengemuka tiap tahun? Tentu ada alasannya. Salah satunya, praktik di dunia kerja atau pasar, tidak pernah sepenuhnya dipraktikkan di bangku kuliah. Masa kuliah adalah masa pendidikan yang mengajarkan teori, di samping pembekalan praksis, yang sayangnya tidak banyak waktu yang dialokasikan untuk hal tersebut.
Itulah sebabnya, tenaga kerja lulusan jurusan komunikasi masih banyak yang kembali “belajar” lagi saat memulai awal kariernya di pasar tenaga kerja. Baik bekerja di lembaga pemerintahan maupun di korporasi negara maupun swasta. Kurikulum perguruan tinggi yang kurang up-to-date, juga bisa menjadi faktor kesenjangan ini. Demikian pula dengan keterbatasan fasilitas dan sumber daya di kampus, kurangnya keterlibatan kampus dengan industri, kurangnya jejaring kampus dengan industri, hingga perubahan dinamis dalam teknologi dan media.
Menilik situasi tersebut, kami tergerak untuk menurunkan catatan panjang dalam tulisan di rubrik laporan utama (Main Story) Edisi 108/Mei – Juni 20224. Sebagai salah satu pelaku bisnis komunikasi, media dan PR, kami di PR INDONESIA menaruh concern tinggi terhadap dinamika yang berkembang pada praktik pendidikan di Jurusan Ilmu Komunikasi. Tren dan perkembangan praktik komunikasi yang semakin beragam, mesti terus diikuti secara intens oleh perguruan tinggi. Menjalin relasi yang kuat dengan industri akan sangat membantu menipiskan kesenjangan kualitas lulusan pendidikan tinggi komunikasi dan tuntutan pengguna di industri.
Apalagi kini dalam praktik industri, tuntutan dari perusahaan dan lembaga kepada lulusan Ilmu Komunikasi sangat tinggi, seiring munculnya aplikasi dan metode manajemen komunikasi yang modern dan unggul. Menjadi lulusan yang “siap pakai” adalah harapan industri yang secara bertahap harus dikejar oleh pendidikan tinggi.
Inspirasi
Di edisi ini pula, pembaca, kami menampilkan pandangan seorang perempuan praktisi komunikasi yang menempuh jalur pendidikan linier di jurusan komunikasi, baik jenjang S1 dan S2, dalam rubrik Interview. Dia adalah Agdya Pratami Putri Yogandari, Corporate Secretary VP Pelita Air Service (PAS). Salah satu anak usaha PT Pertamina (Persero) yang bergerak di sektor bisnis penerbangan terjadwal dan carter. Eggy, begitu ia karib disapa, adalah salah satu potret lulusan Ilmu Komunikasi yang bertemu banyak hal baru di dunia kerja atau industri, sejak pertama kali ia memasuki kariernya. Semua itu mematangkannya sebagai insan komunikasi yang tangguh dan berkompeten unggul. Kepada tim PR INDONESIA, Eggy membagikan pengalaman karier hingga pandangan hidupnya yang layak menjadi inspirasi pembaca.
Di edisi kali ini, kami juga mulai menayangkan inspirasi dari para pemenang Kartini HUMAS INDONESIA (KaHI), yang puncak penghargaannya akan kami selenggarakan di Bandung, 30 Agustus 2024. Tak lupa, sejumlah tulisan istimewa yang datang dari para penulis kolom tetap PR INDONESIA hadir pada edisi ini. Mereka adalah Herry Ginanjar, Syukron Ali, Jojo S. Nugroho, dan beberapa penulis kolom lainnya. Begitulah pembaca, kami menyapa Anda di edisi 108 dengan semangat dan energi positif untuk secara bersamasama mendukung perguruan tinggi terus berkreasi menghasilkan alumni komunikasi yang berkualitas. Tentu melalui pelbagai model kolaborasi dengan industri yang relevan dan berkesinambungan. Selamat menyimak sajian kami dengan selalu tetap berpikir merdeka! (Asmono Wikan)