Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM) menilai mata kuliah komunikasi di Indonesia saat ini tertinggal sekitar 20 tahun. Oleh karena itu, mereka mendorong jurusan Ilmu Komunikasi untuk beradaptasi menyesuaikan kurikulum dan mata kuliah dengan perkembangan zaman.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Perkembangan teknologi informasi yang pesat telah membawa perubahan signifikan di dalam cara setiap orang berkomunikasi. Untuk merespons hal tersebut, sebagian pihak menilai, bidang keilmuan seperti jurusan Ilmu Komunikasi di perguruan tinggi perlu menyamakan langkah, demi bisa mencetak praktisi komunikasi dengan kompetensi yang sesuai zaman.
Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM) dalam acara yang digelar Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang (USM) pada Selasa lalu menilai, urgensi bagi perguruan tinggi untuk melakukan adaptasi kurikulum dan mata kuliah dengan perkembangan zaman kian menguat.
Ketua Umum ASPIKOM Bekti Istiyanto mengatakan, itu karena mata kuliah komunikasi di Indonesia saat ini sudah tertinggal sekitar 20 tahun. “Komunikasi tidak lagi berlangsung secara konvensional, melainkan memanfaatkan perangkat dan teknologi canggih,” ujarnya menjelaskan lanskap praktik komunikasi kiwari seperti dikutip dari ANTARA News, Selasa (25/6/2024).
Keterampilan dan Sikap
Bersepakat dengan pandangan ASPIKOM, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi USM Edi Nurwahyu Julianto mengatakan, praktik komunikasi yang terus berkembang harus dibarengi dengan pengembangan kurikulum. Mengambil contoh dalam praktik jurnalistik kiwari, tuntutan bagi seorang jurnalis agar menguasai satu perangkat gawai untuk menjalankan semua fungsinya, tidak bisa dibekali dengan kurikulum lawas. “Kemampuan dalam menghasilkan produk media berkualitas mengalami perubahan, dan ini butuh softskill dan hardskill tertentu,” ujarnya.
Adapun di USM, kata Edi, pihaknya sudah melakukan sejumlah inisiatif terkait kurikulum dan mata kuliah dalam rangka beradaptasi dengan perkembangan zaman. Di jurusan Ilmu Komunikasi USM, terangnya, para mahasiswa tidak lagi harus menulis skripsi sebagai syarat kelulusan, tetapi bisa memilih menggarap karya produktif seperti film dokumenter atau iklan layanan masyarakat untuk diimplementasikan di industri.
Melengkapi pandangan ASPIKOM, menurut Edi, selain melakukan adaptasi terhadap kurikulum, perguran tinggi juga harus menggencarkan pembekalan karakter bagi para calon lulusan. Sebab menurutnya, setiap lulusan komunikasi harus siap secara keterampilan dan sikap. (jar)