Artificial Intelligence (AI) bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, AI menawarkan peluang luar biasa untuk meningkatkan berbagai aspek kehidupan. Di sisi lain, AI juga membawa tantangan yang harus diwaspadai. Seperti apa?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – CEO NVIDIA Jensen Huang berpendapat, pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (artificial intellegence/AI) tidak perlu begitu dikhawatirkan. Sebab menurutnya, AI tidak akan mengambil alih pekerjaan manusia. Justru, katanya, orang-orang yang menggunakan AI yang akan menggantikan sebagian besar pekerja saat ini.
Pernyataan Jensen tersebut seakan menegaskan pentingnya kecakapan digital, termasuk penggunaan AI. Dalam konteks public relations (PR), perbincangan menyoal AI ini sudah lama menguar. Menurut SVP Corporate Communication Indosat Ooredoo Steve Saerang dalam talkshow Road to World Public Relations Forum (WPRF) bertema "Big Data Technology for The Future of Public Relations" di Jakarta, Selasa (11/6/2024), terdapat setidaknya lima peluang yang ditawarkan kecerdasan buatan bagi praktisi PR, khususnya di industri telekomunikasi. Berikut uraiannya.
1. Menganalisis Big Data
AI dapat membantu menganalisis data penggunaan layanan (jenis layanan, waktu penggunaan, lokasi penggunaan) untuk memahami perilaku dan preferensi pelanggan.
2. Algoritma AI
Algoritma AI mampu mempelajari tren dan pola perilaku pelanggan, mengidentifikasi kebutuhan, dan memahami preferensi pelanggan.
3. Mendesain Kampanye
AI dapat merancang kampanye PR berdasarkan hasil analisis data dan rekomendasi algoritma. Ini membantu pembuatan iklan dan gambar dengan memanfaatkan berbagai aplikasi seperti Bing dan Canva.
4. Personalisasi Konten
AI dapat menyediakan konten yang dipersonalisasi agar relevan dengan minat dan kebutuhan setiap pelanggan. Misalnya, penggunaan chatbot untuk menjawab pertanyaan sederhana, sementara pertanyaan yang lebih kompleks diarahkan kepada agen manusia.
5. Pengukuran Hasil
AI membantu mengukur efektivitas strategi PR dan menunjukkan nilai PR bagi perusahaan. Secara praktis, PR dapat menjadi mitra strategis perusahaan, bukan hanya pemadam kebakaran atau penyedia komunikasi. PR yang memanfaatkan AI dapat memberikan arah dan strategi yang mendorong pertumbuhan dan kesuksesan perusahaan di masa depan.
Sejalan dengan peluang yang ditawarkan, perkembangan AI juka ikut menghadirkan tantangan bagi praktisi PR. Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations (APPRI) Sari Soegondo dalam kesempatan yang sama dengan Steve menyebut, sekurangnya terdapat lima tantangan yang mesti dihadapi praktisi PR dalam penggunaan AI. Apa saja?
1. Literasi Teknologi
Penguasaan berbagai software dan tools teknologi menjadi tantangan utama. Menurut International Charter of Public Relations, terdapat sekitar 5.000 tools yang bisa digunakan dalam industri PR.
2. Misinformasi dan Disinformasi
Menyusul banjir informasi di era sekarang, mengenali informasi yang benar dan valid juga menjadi tantangan tersendiri. Dalam hal ini, praktisi PR harus mampu berselancar di tengah maraknya misinformasi, disinformasi, bahkan deepfake.
3. Literasi Kebijakan
Memahami regulasi dan kebijakan terkait penggunaan teknologi dan data sangat penting. Dalam hal ini, praktisi PR harus memastikan langkah yang diambil tidak melanggar hukum dan sesuai dengan etika profesi.
4. Model Bisnis
PR perlu beradaptasi dengan perubahan teknologi, yang mungkin memerlukan sertifikasi terbaru yang lebih relevan dengan era digital.
5. Keamanan Pekerjaan
Banyak pekerjaan teknis yang sebelumnya dilakukan oleh manusia, terancam dapat digantikan oleh mesin. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi mereka yang fokus kerjanya bersifat rutinitas dan teknis.
Dengan berbagai peluang dan tantangannya, pemanfaatan AI dalam bidang PR memerlukan strategi yang matang dan adaptasi yang terus-menerus. Praktisi PR harus siap menghadapi perubahan ini agar tetap relevan dan efektif dalam menjalankan tugasnya. (jar)