Unit Pembangkit (UP) Suralaya adalah salah satu unit pembangkit milik PT Indonesia Power, anak usaha PLN. Memiliki delapan unit pembangkit dengan total kapasitas lebih dari 4.000 MW, UP Suralaya merupakan pembangkit listrik terbesar di Indonesia yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utamanya. Dalam sehari, konsumsi batu baranya bisa mencapai lebih dari 35 ribu ton.
Di hadapan media, General Manager UP Suralaya Hanafi Nur Rifai meyakinkan sejak beroperasi tahun 1984, perusahaan yang meraih Proper Hijau tahun 2015 ini mengelola seluruh proses bisnisnya dengan baik sesuai prinsip etika bisnis yang sehat. Termasuk, upaya mengelola gas buang batu bara berupa fly ash-bottom ash (FABA) sehingga tidak mencemari udara.
Melalui Electrostatic Precipitator (ESP) atau alat penangkap abu terbang sisa pembakaran batu bara, debu yang terbaurkan di udara diperkirakan tak lebih dari 0,5 persen. Hal ini dikarenakan alat tersebut memiliki kapasitas menangkap debu hingga 99,9 persen.
Bertanggung Jawab
Sejalan dengan misi perusahan bersahabat dengan lingkungan, Indonesia Power mengimplementasikan komitmennya melalui berbagai program tanggung jawab sosial. Antara lain inPower-CARE Program dan Green Company. “Dari total lahan 239 ha, hanya 116 ha yang dipakai UP Suralaya sebagai sentral bisnis pembangkitan. Sisanya, kawasan hutan untuk memproduksi udara bersih dan lahan terbuka hijau,” imbuh Del Eviondra, Sekretaris Perusahaaan Indonesia Power.
Program InPower-CARE meliputi Community Assitance (Bakti Pelayanan Masyarakat), Community Relations (Bakti Pembinaan Hubungan) dan Community Empowerment (Bakti Pemberdayaan Masyarakat). Alawi adalah contoh dari sekian banyak warga yang merasakan manfaat dari Community Empowerment.
Dengan memanfaatkan limbah FABA dari UP Suralaya, pria lulusan SMA itu memilih berdikari menjadi produsen paving block dan batako sejak 2006. Tergabung sebagai mitra binaan UP Suralaya, Alawi tak hanya mendapat suntikan modal, tapi juga pelatihan dan bimbingan agar menjadi perusahaan terakreditasi dan terdaftar di Kementerian Lingkungan Hidup. Usahanya terus berkembang, omzetnya naik hingga 60 persen, ia pun berkontribusi membuka lapangan kerja bagi 30 karyawannya.
Ya, kunjungan media bukannya tanpa tujuan. Kegiatan ini merupakan cara PLN membuka pintu komunikasi dan perspektif baru kepada para jurnalis sebagai penyalur informasi. Harapannya, muncul profil unit pembangkit tidak hanya sebagai penyuplai listrik. Namun, lebih dari itu, memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan dan sosial seperti mengubah wajah demografi dan perekonomian warga di sekitarnya.
Kami ingin media mencintai kami sebagai aset negara yang memberikan banyak manfaat, bertanggung jawab dan perlu dijaga,” kata I Made Suprateka, Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN. “UP Suralaya, contohnya, berperan menopang 20 persen dari total sistem listrik Jawa-Bali,” pungkas pria yang sebelumnya berkiprah di BRI itu. rtn