Laporan Wakil Ketua KPK Ghufron Amid mengenai dugaan pelanggaran etik anggota Dewan Pengawas KPK berpotensi merusak reputasi KPK. Bagaimana seharusnya merawat reputasi lembaga?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Reputasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terancam tergerus. Hal itu menyusul langkah Wakil Ketua KPK Ghufron Amid yang melaporkan anggota Dewan Pengawas KPK ke Bareskrim Polri, menyoal dugaan pelanggaran etik.
Terlepas dari keputusan pribadi yang diambil Ghufron, Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri mengakui, hal itu akan berdampak negatif terhadap citra lembaga antirasuah tersebut. "Secara kelembagaan ini jelas menggerus reputasi KPK," ujarnya di Gedung C1 KPK, Jakarta, Selasa (21/5/2024) seperti dikutip dari Kompas.com.
Kasus ini kembali mengingatkan tentang pentingnya menjaga reputasi yang tak ternilai harganya, sebagaimana pernah disampaikan founder sekaligus CEO PR INDONESIA Group Asmono Wikan. "Uang memang dapat membeli banyak hal, tetapi tidak dengan reputasi,” ujarnya seperti dikutip dari Majalah PR INDONESIA edisi 98/Mei 2023.
Asmono menegaskan, upaya merawat reputasi harus dilakukan dengan penuh ketekunan dan kewaspadaan. Sebab, potensi ancaman bisa datang tidak hanya dari luar, tetapi juga dari dalam organisasi seperti terjadi kepada KPK saat ini.
Untuk itu, sebagai strategi menjaga reputasi, berikut empat tips yang bisa diadaptasi. Melansir theatticism.com, berikut uraiannya.
1. Membangun Reputasi Proaktif
Komunikasikan nilai-nilai, pencapaian, dan dampak positif organisasi secara konsisten. Manfaatkan media, adakan acara, dan ikuti diskusi industri untuk membangun narasi yang positif.
2. Pantau dan Kelola Kehadiran Online
Reputasi online sangat penting di era digital. Oleh karena itu, gunakan alat dan strategi untuk memantau media sosial, situs ulasan, dan forum online dalam rangka mendeteksi penyebutan merek. Jika mendapati masukan negatif segera tanggapi. Sejalan, manfaatkan ulasan positif yang ada untuk meningkatkan reputasi online.
3. Manfaatkan Pemimpin Organisasi
Manfaatkan pemimpin untuk meningkatkan reputasi perusahaan. Dalam hal ini, praktisi public relations (PR) harus bisa menciptakan peluang untuk menjadikan pemimpinnya pembicara di industri, menjadi penulis tamu, hingga mengikuti wawancara media.
4. Bangun Hubungan yang Kuat
Membangun dan memelihara hubungan dengan media, influencer, dan pemangku kepentingan (stakeholders) sangat penting diupayakan. Hubungan erat akan membantu praktisi PR mendapatkan liputan media yang positif, sekaligus mendorong pengelolaan krisis secara efektif.
Secara keseluruhan, upaya menjaga reputasi merupakan disiplin yang berkelanjutan dan proaktif. Oleh karena itu, terapkan strategi yang tepat agar organisasi mendapatkan citra positif dan kepercayaan publik. (jar)