PertaLife Insurance berhasil mencapai laba bersih tertinggi dalam sejarah perusahaan, berkat transformasi sumber daya manusia (SDM). Seperti apa?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - PT Perta Life Insurance (PertaLife Insurance) berhasil mencatatkan laba bersih tertinggi sepanjang sejarah perusahaan pada 2023 senilai Rp96,14 miliar. Pencapaian itu disebut sebagai buah dari transformasi sumber daya manusia (SDM) yang sebelumnya dilakukan pihak perusahaan.
Direktur Utama PertaLife Insurance Hanindio W. Hadi menjelaskan, transformasi SDM yang dilakukan telah berhasil meningkatkan kompetensi dan keandalan perusahaan, sekaligus memastikan seluruh sumber daya dipergunakan secara tepat. “Perusahaan berhasil menunjukkan ketangguhannya,” ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (14/5/2024).
Meski menggarisbawahi transformasi SDM sebagai salah satu faktor yang meningkatkan laba bersih perusahaan, Hanindio juga menilai penting peran berbagai stakeholder, terutama media massa, dalam pencapaian target yang berdampak positif terhadap reputasi. “Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak dan ibu dari media yang sudah cukup memberi dukungan,” imbuhnya.
Langkah
Sementara itu Direktur Keuangan dan Investasi PertaLife Insurance Yuzran Bustamar memaparkan, perolehan laba bersih tertinggi sepanjang sejarah perusahaan ini ditopang oleh pertumbuhan pendapatan premi 31,49 persen senilai Rp902,72 miliar, pendapatan investasi 53,87 persen senilai Rp153,81 miliar, dan imbal jasa Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) 6,82 persen senilai Rp22,39 miliar.
Sejalan dengan itu, ia menjelaskan, pihak perusahaan meningkatkan upaya untuk meminimalkan risiko dan penempatan dana pada suatu instrumen keuangan. Adapun Risk Based Capital (RBC) perusahaan pada 2023 tercatat sebesar 303,12 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 276,92 persen, dan masih jauh di atas ketentuan minimum POJK Nomor 5 tahun 2023 sebesar 120 persen.
Sementara untuk menjaga likuiditas, PertaLife Insurance mengaku menghindari ketidaksesuaian dalam arus kas jangka pendek. Sementara terkait rentabilitas, Yuzran mengatakan, perusahaan mengupayakan penempatan dana untuk memperoleh hasil yang optimal. “Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, dengan tetap mempertimbangkan tingkat risiko dan likuiditas,” pungkasnya.
Selain melakukan transformasi SDM, perusahaan asuransi jiwa nasional itu diketahui juga melakukan pembenahan produk, yang didukung pengembangan proses bisnis end-to-end system procedure agar lebih akuntabel, efektif, dan efisien. (dlw)