M Arif Wibowo – CEO PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
Ditemui Majalah PR Indonesia di kantornya di Jakarta, Selasa pagi (23/2/2016), Direktur Utama Garuda Indonesia M Arif Wibowo berbagi kesan terhadap fungsi strategis public relations (PR) bagi perusahaannya. Berikut penuturan selengkapnya.
Keberadaan PR penting terutama di perusahaan jasa transportasi seperti kami di Garuda Indonesia. Rantai pekerjaan di bidang jasa penerbangan itu panjang, sehingga capability irregularity (kemungkinan ketidakberesan)-nya juga tinggi.
Peran PR akan sangat terasa keberadaannya pada saat korporasi sedang berhadapan dengan krisis. Namun demikian, di saat tidak krisis pun, PR berkewajiban membangun pondasi reputasi yang semakin baik. Ketika PR sudah berjalan baik saat sebelum terjadi krisis, paling tidak saat krisis, korporasi akan lebih mudah me-manage (krisis) kepada publik..
Ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki seorang PR yang profesional. Pertama, dia harus memiliki academic dan nonacademic knowledge yang mumpuni. Selain itu, dia juga dituntut memiliki wawasan dan jejaring luas. Hal ini menyangkut soal kompetensi dan jam terbang.
Hal lain, PR harus mampu menyerap aspirasi internal, termasuk apa yang diinginkan atasannya. Dalam hemat saya, seorang PR itu harus segaris dan sebidang. Segaris secara line command, sebidang dalam hal pengetahuannya yang luas. PR harus mampu melihat, menerjemahkan, dan mengartikulasikan apa yang menjadi visi perusahaan. Poin terakhir yang tak kalah penting, PR harus mampu mengambil hati CEO. Ini merupakan bagian dari talenta seorang PR. Dia harus tahu how to convince the boss.
Hadapi Krisis
Dewasa ini tuntutan terhadap kinerja PR makin tinggi. Mereka (PR) harus mampu berlari menyamai kecepatan arus informasi yang mengalir deras di era digital. Kunci PR di era ini ada tiga. Speed, trust, and reputation.
Contoh, ketika ada sebuah pesawat tergelincir di landasan. Umumnya, informasi pertama datangnya dari masyarakat yang kemudian dia unggah ke media sosial. Dalam situasi tersebut, PR dituntut sigap menghimpun informasi langsung dari sumber yang ada di lapangan. Setelah menangkap semua permasalahannya, dengan cepat dia harus meng-counter hal yang bersifat strategic tadi tanpa harus menunggu perintah dari atasannya. Dalam konteks manajemen, kita akan meminta dia secara aktif mencari tahu hal-hal yang tidak bisa kita deliver semuanya, directly, dari seorang CEO.
Saat terjadi krisis di sebuah perusahaan, ada tiga hal yang harus dilakukan oleh PR. Yakni, how to taking care of the crisis, how to minimize the loses, dan how to recovery from the crisis. Bagaimana berkomunikasi dengan baik tanpa menimbulkan persepsi negatif. Walaupun Saya memberi kebebasan kepada PR Garuda, namun tetap ada batasannya. Seorang PR tidak boleh bicara tentang kinerja masa depan yang prediktif. Cukup menyampaikan fakta sepanjang hal itu membangun kredibilitas dan tidak berbicara hal yang menyinggung atau mengarah aspek politik.
Dengan cara ini, apa yang saya lakukan di perusahaan adalah berkomunikasi untuk membangun reputasi berbasis bisnis. Itulah sebabnya, menjadi penting membekali tim PR kami dengan kamus penerbangan agar mereka tidak salah ucap saat menyampaikan informasi. (rtn)