Ganjar Pranowo – Gubernur Jawa Tengah
Melalui akun Twitter @ganjarpranowo yang memiliki 746 ribu pengikut, ia cukup aktif berkicau setiap hari. Saking aktifnya, Ganjar pernah dijuluki sebagai Gubernur Twitter. Apa yang mendorong Ganjar aktif di media sosial? Padahal sebagai gubernur, ia memiliki aktivitas yang super padat?
Di depan ratusan peserta Indonesia Public Relations Awards and Summit (IPRAS) 2016, Semarang, Rabu (31/8/2016), Ganjar mengungkapkan tiga alasan sederhana menggunakan Twitter, yaitu tidak perlu bayar, sudah familiar dan bisa dimanfaatkan untuk kerja.
Sebagai pengguna aktif Twitter, Ganjar memahami betul kekuatan media sosial ini dan memanfaatkannya untuk menembus sekat-sekat birokrasi yang seringkali lambat serta berbelit. “Awalnya saya gusar. Banyak anomali, kebohongan, kecurangan di dalam birokrasi pemerintah. Rakyat sering jadi korban,” katanya dengan mimik serius.
Banyak aduan yang masuk ke Twitter-nya, salah satunya pungli di jembatan timbang. Ganjar pun bergerak cepat dan menyelesaikannya. Suatu ketika di tengah kunjungan ke daerah, ia menyempatkan mampir ke jembatan timbang. Karena masih ada yang tidak beres, ia pun bertindak tegas. “Tapi media memberitakan Ganjar ngamuk di jembatan timbang,” katanya sembari menyampaikan dari survei yang dilakukan ternyata masyarakat memandang amuknya positif. “Sembilan puluh enam persen rakyat senang dan meminta saya untuk mengamuk lagi,” tambahnya disambut tawa para hadirin.
Beragam kasus yang ia temui di lapangan makin mendorong tekadnya untuk mengubah perilaku birokrasi aparat Jawa Tengah. Untuk mendobrak dinding birokrasi dan mengubah perilaku aparat pemerintah di bawah pimpinannya agar mau melayani masyarakat dengan cepat, murah dan mudah, Ganjar pun mewajibkan seluruh pegawai pemprov aktif di media sosial.
Peran Media
Sebab, Ganjar sudah membuktikan, dari medsos beragam aduan masyarakat diteruskan ke akun pejabat SKPD terkait untuk ditindaklanjuti. Ada beragam aduan yang dilayangkan seperti pungli di Samsat, penarikan iuran tambahan di sekolah, jalan rusak, hingga orang miskin sakit. Semuanya dapat diatasi secara cepat berkat media sosial. “Inilah transformasi birokrasi yang sedang saya lakukan,” ujarnya.
Dari beragam upaya yang dilakukan, ada satu hal yang cukup bisa mendorong kinerja pegawai pemprov. Yaitu, ketika promosi terbuka ada di tangan gubernur. Begitu hal itu dilakukan, perilaku birokrasi mulai berubah. Seluruh program mulai bisa dilaksanakan. “Ternyata, dengan spirit bersama itu pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah lumayan lebih tinggi dari nasional, pengelolaan inflasi kita lumayan yang terbaik, pasokan pangan kita sangat aman,” ujar Ganjar bangga.
Di tengah perkembangan positif ini, Ganjar merasa ada satu hal yang kurang, yaitu peran media mau mendukung kebaikan atau keburukan. “Kalau base on bad news is always a good news, maka bangsa ini akan terpuruk, tidak pernah ada optimisme untuk itu. Maka, hari ini ada kesempatan, ‘Bangun optimisme, yuk!’ Saya ini orang yang rela dikritik tiap hari, tapi ketika ada sesuatu yang bagus, rakyat perlu tahu di sana, dan saya butuh media untuk itu,” katanya. nif