Bagi Head of Corporate Affair GoTo Nila Marita, era digital yang semakin dinamis telah menuntut setiap orang untuk terliterasi dengan baik. Sementara bagi Senior Vice President Marketing Communication PT Bank Central Asia Tbk Norisa Saifuddin, adaptif merupakan syarat yang harus dipenuhi siapa saja di masa serba dinamis ini.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Peningkatan literasi digital harus diupayakan menyusul perkembangan era digital yang semakin dinamis. Bahkan, menurut Head of Corporate Affair GoTo Nila Marita dalam acara diskusi “Road to WPRF 2024: AI dan Masa Depan Komunikasi Publik” yang diselenggarakan KataData, Selasa (23/4/2024), literasi digital sudah harus menjadi bagian dari hidup manusia hari ini.
Pendapat tersebut diutarakan perempuan yang karib disapa Nila karena konten informasi yang bertebaran telah memaksa publik untuk sangat teliti sebelum mengonsumsinya. Sejalan, ia juga mengimbau praktisi public relations (PR) sebagai komunikator untuk bisa mengikuti perkembangan dalam konteks berkomunikasi.
Nila menjelaskan, dalam hal memantau arus informasi, pihaknya di GoTo saat ini menekankan pengetahuan PR terhadap isu maupun tren yang tengah berkembang. Ia juga mengatakan, setiap staf PR juga wajib mempersiapkan strategi preventif dalam mengantisipasi isu negatif terhadap perusahaan. “PR juga harus membuat konten yang ringan tetapi berkualitas,” terangnya sebagai respons terhadap kecenderungan audiens kiwari.
Adaptif
Senada dengan Nila, Senior Vice President Marketing Communication PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Norisa Saifuddin dalam acara yang sama mengatakan, adaptif merupakan syarat yang harus dipenuhi siapa saja untuk bertahan di masa serba dinamis. Ia mencontohkan, tanpa transformasi digital banking yang dilakukan BCA pada masa pandemi COVID-19, krisis tak akan dapat mereka hindari.
Meski demikian, Norisa mengakui bahwa dalam perjalanan transformasi tersebut pihaknya dihadapkan dengan sejumlah hambatan. Terutama mengenai nasabah dan kekhawatirannya yang beragam. Namun, ia berpendapat, teknik komunikasi yang tepat dan sesuai dengan kategori audiens dapat menjadi kunci kesuksesan. “Kami juga fokus menggalakkan edukasi dengan cara unik dan menarik, seperti kampanye #TolakDenganAnggun dan ‘Do No Kasih No’ untuk mengomunikasikan pesan mengenai kejahatan siber,” ujarnya.
Seakan merangkum pendapat dan pengalaman dua praktisi komunikasi di atas, Pakar Komunikasi Publik sekaligus Anggota Dewan Pakar Perhumas Nia Sarisnatiti menegaskan, menggencarkan literasi digital saat ini adalah tugas bersama dan harus melibatkan berbagai stakeholder mulai dari pemerintah, korporasi, hingga pendidik. (dlw)