Merespons Lanskap Komunikasi, PESO Model Mendapat Pembaruan
PRINDONESIA.CO | Rabu, 03/04/2024 | 1.345
Merespons Lanskap Komunikasi, PESO Model Mendapat Pembaruan
PESO Model terus dikembangkan untuk menjawab tuntunan perkembangan zaman.
Foto spinsucks.com

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Hampir seluruh praktisi public relations (PR) kiwari mengenal betul pendekatan paid, earned, shared, dan owned (PESO) Model. Pendekatan komprehensif itu bahkan kerap diandalkan sebagai kerangka kerja penyusunan strategi komunikasi, untuk memahami dan mengelola berbagai saluran.

Menariknya, founder sekaligus CEO Arment Dietrich Gini Dietrich yang memperkenalkan PESO Model pada tahun 2014 melalui bukunya berjudul Spin Sucks, baru saja melakukan pembaruan terhadap pendekatan tersebut. Dikutip dari Spinsucks.com, hal itu dilakukan guna memastikan relevansi pendekatan yang ditawarkan dengan dinamika industri komunikasi.

Salah satu perubahan besar yang diberikan kepada PESO Model adalah penekanan hasil dari penggunaan berbagai jenis media secara bersamaan, seperti kredibilitas, distribusi, penyampaian cerita, jangkauan, pembangunan komunitas, SEO, perolehan prospek, serta navigasi lanskap bayar dari media yang diperoleh.

Pembaruan oleh Gini juga mencakup tentang kecerdasan buatan dan pentingnya TikTok sebagai sebuah platform yang lebih dari sekadar media sosial. Secara umum, berikut empat poin pembaruan PESO Model, sebagaimana dirangkum oleh Sales & Marketing CPROCOM Naufal Mamduh.

1.    Perluasan Paid Media 

Manfaat influencer diperluas dan didukung oleh event pemasaran yang menarik. Penggunaan publikasi berbayar di media massa juga dinilai tetap relevan. Adapun perluasan paid media ini dianggap sebagai strategi efektif untuk membangun brand awareness, meningkatkan kredibilitas dan reputasi, serta meningkatkan penjualan.

2.    Penyegaran Earned Media 

Pengelolaan komunitas di media sosial seperti TikTok, Instagram, Facebook, hingga X menjadi langkah penting untuk mendukung program komunikasi. Dalam hal ini, PR perlu mendorong partisipasi komunitas untuk memberikan review positif terhadap organisasi. Sejalan, bisa juga membuka peluang kerjasama dalam bentuk kemitraan, acara amal, layanan masyarakat, pembangunan komunitas, perekrutan duta merek, dan program CSR.

3.     Shared Media yang Interaktif 

Media sosial telah membuka peluang bagi organisasi untuk menciptakan konten menarik guna membangun interaksi organik terutama dengan Gen Z. Dalam hal ini, selain fokus menciptakan konten, perhatian juga harus diluangkan untuk melakukan kurasi secara rutin dan memantau media dengan efektif.

4.    Owned Media yang Menarik 

Saat ini, organisasi dinilai perlu mengikuti tren konten audio visual yang berkembang, seperti podcast, video pendek, live streaming, dan jenis konten menarik lainnya sesuai dengan strategi komunikasi yang telah dirancang.

Masih mengutip Spinsucks.com, Gini mengungkapkan, perubahan PESO Model tidak akan berhenti di sini. Menurutnya, pendekatan komprehensif tersebut akan terus berkembang sebagai respons terhadap perubahan lanskap media, kemajuan teknologi, dan pergeseran perilaku konsumen.  (jar)
 

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI