Artificial intelligence (AI) dipandang sebagai peluang sekaligus tantangan yang membuat praktisi public relations (PR) harus segera beradaptasi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Pro dan kontra penetrasi artificial intelligence (AI) ke dalam dunia public relations (PR) masih bergulir. Tak sedikit yang menilai kecerdasan buatan telah mengancam profesi manusia. Di sisi lain, banyak yang beradaptasi dengan kehadirannya sembari menikmati manfaat yang ditawarkan.
Terlepas dari itu, Pranata Humas Ahli Muda DPMPTSP Provinsi DKI Jakarta Rinaldi Aldi berpendapat, kehadiran AI merupakan keniscayaan bagi dunia PR yang selalu menghadapi tantangan seiring perkembangan zaman. “Meski begitu, orang komunikasi selalu punya cara untuk mengendalikan dan menaklukan berbagai tantangan tersebut,” ujarnya kepada PR INDONESIA, Kamis (7/3/2024).
Lebih jelas, Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison Steve Sareang mengatakan, salah satu cara menaklukkan tantangan yang dihadirkan AI saat ini adalah berinvestasi pada sumber daya manusia, sembari mempelajari perkembangan AI maupun generated AI. “AI saja tidak cukup. Kita butuh human-nya, kita butuh manusia,” tegas alumnus Universitas Pelita Harapan Jakarta itu.
Perlu Kebijaksanaan
Baik Aldi maupun Steve, sepakat bahwa kebijaksanaan diperlukan dalam menghadapi penetrasi AI. Hal yang sama juga diisyaratkan Direktur Teknik dan Produksi PT Wijaya Karya Beton Tbk (Wika Beton) Verly Widianto, yang menilai penting kreativitas untuk memenuhi celah yang tak bisa diisi AI. “Terus meningkatkan kreativitas, karena itu bagian dari yang paling penting,” pungkasnya.
Seakan menyempurnakan pendapat sebelumnya, Executive Analyst Digital Communication & Information Services Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Oman Sukmana mengatakan, kunci menghadapi perkembangan digital seperti AI adalah memupuk kemampuan adaptasi. “Orang-orang yang berada di industri PR harus adaptif dengan perubahan yang terjadi, karena itu menjadi kata kunci buat PR,” pungkasnya. (dlw)