Praktik manipulasi foto yang terjadi di lingkup Kerajaan Inggris telah mengindikasikan sikap kurang transparan. Dampaknya, kepercayaan masyarakat maupun media pun menurun.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Ketika menyoal cara memperoleh kepercayaan publik, maka transparansi adalah elemen penting yang harus senantiasa diupayakan. Tanpa sikap transparan, akan muncul kesan menutup-nutupi sesuatu. Dampaknya, kepercayaan publik yang telah terbangun bisa saja merosot. Hal itu lah yang baru saja dialami Kerajaan Inggris.
Ramai belakangan, keluarga kerajaan yang dipimpin Raja Charless III disoroti publik lantaran aksi manipulasi foto sang menantu, Kate Middleton. Semua bermula dari unggahan akun Instagram resmi @princeandprincessofwales pada Minggu (10/3/2024), yang menampilkan foto Kate Middleton bersama ketiga anaknya dalam momen perayaan Hari Ibu.
Unggahan tersebut menarik perhatian karena menjadi foto resmi pertama Kate yang dirilis Istana Kensington setelah menghilang dari publik sejak Natal 2023. Kontroversi pun mencuat seiring ramainya sorotan terhadap foto tersebut. Sejumlah pihak menduga foto tersebut hasil manipulasi, karena mengandung sejumlah kejanggalan.
Keraguan publik makin menguat ketika sejumlah kantor berita internasional mulai menarik foto yang sempat tayang di situs berita mereka. Kantor Berita Associated Press, misalnya, dikutip dari keterangan resminya mengatakan, penarikan dilakukan karena gambar telah dimanipulasi dengan cara yang tidak sesuai standar mereka.
Sementara itu, mengutip Forbes, Direktur Berita Global Kantor Berita Agence France-Presse Phil Chetwynd mengatakan, berkat kasus ini pihaknya tidak lagi mempercayai langsung informasi dari Istana Kensington. Ia juga menegaskan, praktik manipulasi realitas untuk publik adalah tindakan yang tidak dibenarkan, dan dapat menurunkan kepercayaan masyarakat maupun media terhadap Kerajaan Inggris.
Sehari setelah foto yang kontroversial tersebut diunggah, Kate Middleton muncul memberikan respons. Melalui akun resmi X @KensingtonRoyal, pemilik gelar Princess of Wales itu meminta maaf karena telah mengedit foto diri dan anak-anaknya. Ia mengaku foto tersebut adalah hasil eksperimennya dengan perangkat editing gambar. "Saya ingin meminta maaf atas kebingungan yang disebabkan oleh foto keluarga kami kemarin," tulisnya, Senin (11/3/2024).
Transparan
Praktik manipulasi foto yang terjadi di lingkup Kerajaan Inggris tersebut mengindikasikan sikap kurang transparan. Padahal, menurut Chelsea Uly Artha Pandiangan dalam jurnalnya berjudul Humas Pemerintah dan Transparansi Informasi Untuk Membangun Kepercayaan Publik (2023), komunikasi yang transparan merupakan salah satu strategi meningkatkan kepercayaan publik.
Lebih dari itu, dalam jurnal yang sama disebutkan, transparansi adalah prinsip yang harus dipegang teguh praktisi public relations (PR), terutama yang bekerja di lingkungan pemerintahan. Sebab, prinsip itu sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Berpegang kepada transparansi sebagai sebuah prinsip artinya seorang PR menyadari bahwa publik memiliki hak untuk mengetahui dan mendapatkan informasi. Sejalan dengan pemenuhan hak tersebut, instansi maupun organisasi diyakini dapat memperoleh kepercayaan publik. (jar)