Praktisi public relations (PR) harus peka dan kreatif memanfaatkan momentum yang bisa datang kapan saja.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Masih ingat dengan Vania? Kasir minimarket Indomaret di Purwokerto, Jawa Tengah, yang viral di media sosial di pengujung tahun 2023. Sebabnya, ia terekam fasih melayani pelanggan menggunakan bahasa Jepang.
Warganet yang menonton video tersebut makin kagum. Pasalnya, kemampuan gadis berusia 20 tahun itu berbahasa asing dipelajari secara otodidak dikarenakan ia gemar menonton kartun Jepang atau anime. Khususnya, Kimetsu no Yaiba.
Tak ingin kehilangan momentum, Indomaret, tempat Vania bekerja, memberikan kejutan dengan memberangkatkan Vania ke Jepang. Dilansir dari akun TikTok @indomaretofficial pada Sabtu (13/1/2023), pihak minimarket mengirimkan hadiah tersebut melalui Regional Senior Manager Indomaret Hendro Susilo.
Tiket perjalanan ke Jepang itu sekaligus bentuk apresiasi bagi karyawan. Langkah ini juga dilakukan untuk memotivasi karyawan mereka yang lain agar selalu berprestasi. Roy Budianto, Branch Manager Indomaret Yogyakarta, mengaku bangga dengan prestasi yang dimiliki oleh karyawannya yang fasih berbahasa Jepang.
Memanfaatkan Momentum
Peristiwa viralnya kisah Vania di jagat maya, diikuti dengan kesigapan manajemen Indomaret melihat momentum dengan cara memberikan apresiasi. Dalam dunia komunikasi atau public relations, langkah yang dilakukan oleh jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan sehari-hari itu dapat diartikan sebagai riding the moment.
Hal ini seperti disampaikan oleh Harry Deje, Managing Director Hill and Knowlton Indonesia yang dilansir dari prindonesia.co, Rabu (29/7/2020). Ia mengatakan, dalam praktiknya, momentum digital itu durasinya pendek. Jika tidak tepat merespons kejadian itu, maka akan kehilangan momentumnya.
Sebaliknya, apabila dapat memanfaatkannya, perusahaan itu akan menjadi pencipta tren (trendsetter). Oleh karena itu perusahaan yang mendapatkan momentum harus meresponsnya dengan cepat, kreatif, dan inovatif.
Walaupun demikian, pria yang telah menekuni dunia agensi selama 25 tahun ini menegaskan setiap perusahaan harus fokus pada ketertarikan audiens dan jangan percaya 100% pada angka yang dikeluarkan oleh digital tools. Ia juga mengimbau agar setiap korporasi berusaha berpikir out of the box dalam merespons semua isu yang datang sembari tetap melihat dampak yang mungkin terjadi atau dirasakan, baik oleh mitra, pelanggan, pemerintah, maupun media. (dlw)