Karena memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi secara jelas, komunikasi yang dimuat siaran pers harus efektif. Praktisi public relations (PR) pun harus mengetahui cara menuliskannya secara efektif.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Prof. Rhenald Kasali seperti dikutip Agung Laksamana, Executive Vice President Government Relations, External Affairs & Corporate Communication PT Freeport Indonesia, dalam bukunya berjudul Public Relations in the Age of Disruption (2018), menyebut 70 persen kegiatan public relations (PR) melibatkan aktivitas menulis.
Diketahui ada banyak jenis tulisan yang dihasilkan PR dalam tugasnya, salah satunya siaran pers. Karena memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi secara jelas, komunikasi yang dimuat siaran pers harus efektif.
Pranata Humas Ahli Muda dari Setda Provinsi Jawa Timur I Gede Alfian Septamiarsa, merangkum setidaknya lima tips untuk menulis siaran pers yang efektif. Pertama, memastikan penggunaan bahasa yang sederhana dan langsung pada intinya (to the point). Ia juga mengatakan PR harus menyederhanakan pesan dan fokus pada informasi yang ingin disampaikan kepada audiens.
“Hindari menggunakan bahasa yang tidak informatif dan bertele-tele,” ujarnya saat menjadi pembicara di acara GPR Academy BPSDM Jatim BootCamp 2023, Surabaya, Selasa (5/11/2023).
Tips kedua, PR harus memastikan bahwa tema siaran pers jelas, dan menerapkan prinsip penulisan piramida terbalik. Pastikan juga siaran pers dilengkapi foto atau ilustrasi yang relevan. Selain itu, PR juga harus memastikan tidak ada kesalahan penulisan yang berpotensi menimbulkan mispersepsi.
Ketiga adalah memasukkan unsur 5W+1H di paragraf pertama, agar media mudah menyaring informasi dan menangkap poin kunci sejak awal. Cara ini sekaligus membantu audiens memahami informasi penting yang ingin disampaikan.
Keempat, memastikan siaran pers menggunakan judul yang menarik, jelas, ringkas, dan informatif. I Gede menganjurkan judul siaran pers harus terdiri dari enam sampai sembilan kata saja.
Kelima, peraih gelar Magister Komunikasi dari Universitas Dr. Soetomo itu menilai, proses penyebaran siaran pers adalah bagian yang tidak kalah penting. Ia mengatakan PR harus memastikan siaran pers yang mereka buat disebarkan ke media potensial. Adapun caranya dengan memetakan media mulai dari tier 1, tier 2, dan tier 3.
Tak berhenti sampai situ, humas juga disarankan untuk menggandeng news aggregator di media sosial. Tujuannya untuk memperluas distribusi siaran pers. Selain itu, proses pendistribusian juga bisa dilakukan melalui melalui e-mail, WhatsApp, atau laman resmi perusahaan.
Jadi, sudahkan Anda sudah mempraktikkan tips di atas? (jar)