Wajah-wajah semringah terpancar di panggung JAMPIRO #9, Yogyakarta, Jumat (27/10/2023). Mereka adalah lima sosok generasi muda public relations (PR) yang dinobatkan sebagai ICON PR INDONESIA 2023-2024.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Lima praktisi PR muda dinobatkan sebagai ICON PR INDONESIA 2023-2024 di ajang Jambore PR INDONESIA (JAMPIRO) #9 di Yogyakarta, Jumat (27/10/2023). Selama setahun ke depan, mereka akan mengemban tugas sebagai duta PR INDONESIA. Mereka adalah Claudya Tio Elleossa (Kementerian Perdagangan), Muhammad Aditya Yoma (BPJS Kesehatan), Dian Mandasari (PT PLN (Persero)), Fransisca Kurnia Widyasari (DANA Indonesia), dan Sigit Nugroho (Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III).
Apresiasi ini menjadi motivasi untuk senantiasa mempersembahkan karya-karya terbaik bagi industri public relations (PR). Seperti pernyataan Staf Komunikasi Publik dan Hubungan Masyarakat BPJS Kesehatan Muhammad Aditya Yoma. Yoma diketahui baru tiga tahun berkecimpung di dunia PR. Sebagai generasi muda di BPJS Kesehatan, ia merupakan salah satu motor penggerak yang diandalkan untuk institusinya. Karya-karya Yoma untuk BPJS Kesehatan dalam pengelolaan digital platform, khususnya media sosial, turut berkontribusi memperkuat positioning BPJS Kesehatan. “Melalui ajang ini, saya memiliki kesempatan untuk mengukur efektivitas kinerja saya selama mengelola informasi di BPJS Kesehatan,” katanya usai menerima selempang ICON PR INDONESIA.
Senada dengan Yoma, menurut PR Associate DANA Indonesia Fransisca Kurnia Widyasari, kompetisi ICON PR INDONESIA merupakan check point JAMPIRO JAMPIRO ICON PR INDONESIA 2023- 2024: Motor Penggerak PR INDONESIA Fellowship Program 2023 - 2024: Meneruskan Kebaikan Wajah-wajah semringah terpancar di panggung JAMPIRO #9, Yogyakarta, Jumat (27/10/2023). Mereka adalah lima sosok generasi muda public relations (PR) yang dinobatkan sebagai ICON PR INDONESIA 2023-2024. PR INDONESIA Fellowship Program memberikan apresiasi kepada lima praktisi public relations (PR) yang berkomitmen menghasilkan karya berupa buku kehumasan di Yogyakarta, Jumat (27/10/2023).
Baginya untuk belajar lebih banyak tentang industri komunikasi. Sementara Staf Humas dan Kerja Sama Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah III Sigit Nugroho mengatakan, kompetisi ini dapat menjadi tolok ukur bagi para generasi muda PR dalam menciptakan terobosan-terobosan baru. “Juri ternyata mengapresiasi kolaborasi dan sinergi yang dilakukan LLDikti Wilayah III, baik secara internal maupun eksternal, dalam meningkatkan kualitas humas dan meningkatkan mutu Perguruan Tinggi di DKI Jakarta,” kata pria yang akrab disapa Ugo ini.
Tidak Cepat Puas
Sedangkan bagi Analis Hubungan Antar Lembaga Kementerian Perdagangan Claudya Tio Elleossa, ajang ini adalah momentum bagi para generasi muda PR untuk mengukur kinerja, tidak cepat puas, dan terus belajar, terutama dalam mengasah kemampuan manajemen krisis, kepekaan sosial, dan empati. Apalagi tantangan PR ke depan semakin besar. Mulai dari perkembangan dunia yang sangat cepat, tendensi publik untuk membuat isu menjadi viral, pemilu, hingga soal Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. “Sebagai PR, kita dituntut untuk berpikir kritis dan mampu membaca situasi agar konten kehumasan bisa mendapatkan atensi dari publik,” ujar ibu dari satu anak ini seraya berpesan pentingnya PR menguasai teknologi komunikasi.
Peningkatan kompetensi dan kapabilitas juga menjadi penunjang bagi PR muda untuk bisa berkontribusi secara optimal bagi institusinya. Hal ini ditegaskan oleh Komunikasi Internal PT PLN (Persero) Dian Mandasari. “Agar siap menghadapi masa depan, PR harus meningkatkan kompetensinya di tengah era yang makin dinamis,” katanya.
Pernyataan Dian diamini Ugo. Menurutnya, ada beberapa kompetensi dasar yang wajib dimiliki PR. Di antaranya, kemampuan berkomunikasi, menulis, presentasi, mengelola hubungan interpersonal, riset, media dan digital, manajemen waktu, krisis, konflik, kepemimpinan, analisis, etika profesional, kreativitas, hingga teknologi. Sisca, sapaan karib Fransisca menambahkan, kemampuan berikutnya yang harus dimiliki PR adalah kemampuan advokasi. “Kemampuan ini tidak hanya demi kepentingan brand atau organisasi. Sebagai PR kita juga harus mampu mengadvokasi kepentingan masyarakat atau user kita,” tutupnya. (rvh)