Jangan Terjebak, Ini Tipe-tipe “Greenwashing”
PRINDONESIA.CO | Kamis, 07/12/2023 | 1.463
Jangan Terjebak, Ini Tipe-tipe “Greenwashing”
Praktisi public relations (PR) wajib mengtahui jenis-jenis granwashing.
Foto Freepik.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Perusahaan yang menerapkan environmental, social, government (ESG) menjadi daya tarik investor untuk menginvestasikan uang mereka. Pernyataan ini sejalan dengan data dari European Securities and Markets Authority (ESMA), seperti dilansir dari sustainalytics.com, bahwa antara 2016-2021,  dana yang dikelola Assets Under Management (AUM) untuk investasi berkelanjutan tumbuh sebesar 19% per tahun, atau mencapai US$2.1 triliun.

Namun pada kenyataannya, demi mendapatkan “cuan”, survei terbaru dari otoritas pengawas Eropa yang berlokasi di Paris, Prancis itu, menunjukkan bahwa hampir tiga dari lima CEO telah membuat klaim palsu terkait penerapan aspek tersebut (greenwashing).

Istilah greenwashing menjadi populer dalam aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh praktisi public relations (PR). Masih mengutip sustainalytics.comgreenwashing didefinisikan sebagai pernyataan, deklarasi, tindakan, dan komunikasi yang terkait dengan keberlanjutan namun tidak berjalan sebagaimana mestinya. Secara keseluruhan, praktik ini digunakan untuk mengelabui konsumen, investor, atau pemangku kepentingan (stakeholder).

Mau disengaja atau tidak, greenwashing pada akhirnya akan berdampak pada reputasi. Oleh karena itu, penting bagi praktisi komunikasi atau PR untuk memahami jenis-jenis greenwashing. Antara lain: 

1. Greenshifting

Ini merupakan praktik perusahaan memindahkan tanggung jawab penanganan iklim dan lingkungan terkait dengan bisnis dan produk mereka kepada konsumen. Contoh, perusahaan bahan bakar fosil menggunakan istilah jejak karbon untuk mengalihkan perhatian publik dari tanggung jawab perusahaan untuk menurunkan emisi. Sebaliknya, perusahaan menekankan individu dan pengurangan emisi dari aktivitas kumulatif mereka. Alih-alih menekankan perlunya produsen minyak dan gas beralih dari bahan bakar fosil.

2. Green-hushing

Green-hushing adalah tindakan dengan sengaja menyembunyikan tujuan keberlanjutan atau informasi tentang dampak lingkungan untuk menghindari tuduhan greenwashing. Apalagi di era ESG, stakeholder makin teliti memeriksa perusahaan terkait dampak lingkungan dan sosial positif. Oleh karena itu, transparansi menjadi sangat penting agar investasi berkelanjutan sesuai dengan regulasi yang berlaku.

 

3. Green-crowding

Makna dari green-crowding adalah meniru keberlanjutan dari yang kurang progresif di industri dapat menghasilkan efek ini. Perusahaan perlu lebih berkomitmen dan tidak hanya mengikuti arus untuk mendukung tujuan global dekarbonisasi. 

 

4. Greenlighting

Perusahaan menggunakan inisiatif keberlanjutan untuk mengalihkan perhatian dari aktivitas berbahaya. Fokus pemasaran pada inisiatif tertentu dapat menyembunyikan praktik tidak berkelanjutan di bagian lain. Contohnya, perusahaan energi berbasis bahan bakar fosil mempromosikan aset energi terbarunya atau dukungan terhadap kredit karbon offset. Sementara itu, mereka tetap menjalankan model bisnis yang merugikan lingkungan.

 

5. Impact-washing

Investor semakin memperhatikan dampak positif dan negatif dari aktivitas bisnis perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat. Untuk menarik investor yang peduli terhadap dampak, perusahaan membesar-besarkan manfaat sosial atau lingkungan dari portofolio mereka. Hal ini bisa disengaja atau dari kesalahan dalam teknik pengukuran dampak yang kurang baik. 

Nah, itulah jenis-jenis greenwashing yang mesti diketahui oleh praktisi komunikasi. (jar)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI