Upaya para pelaku public relations (PR) untuk turut andil menjaga stabilitas di masa pemilu makin terasa menantang ketika berada di era digital seperti sekarang. Apa yang harus dilakukan?
JAKARTA, PRINDOESIA.CO - Founder Konner Advisory Silih Agung Wasesa dalam diskusi 3rd PR Outlook 2023 bertajuk “Pemilu Jangan Ganggu Stabilitas: Mulutmu Harimaumu” secara daring, Kamis (13/4/2023), memprediksi Pemilu 2024 bisa sama panasnya dengan pemilu yang berlangsung tahun 2014. Sebab, pada kedua pemilu tersebut tidak ada calon dari petahana (incumbent) yang justru dapat menimbulkan polarisasi yang mencolok di tengah masyarakat.
Fenomena lain yang disinyalir akan mencuat selama penyelenggaraan Pemilu 2024 adalah media sosial, buzzer berbayar, dan hoaks. Pemilu serentak juga, menurut pendiri AsiaPR tersebut, berpotensi menimbulkan terjadinya back-to-back campaign. Jika situasinya lebih banyak, kondisi ini akan membawa kampanye negatif sampai akhirnya terbentuk situasi saling menjelekkan dan mengejek lawan politik.
Belum lagi dengan kemunculan para petualang politik, sosok yang dikenal sering berpindah partai politik dengan pertimbangan untuk mencari jabatan, tempat berlindung, atau untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi. “Jika potensi-potensi ini tidak diantisipasi, stabilitas ekonomi akan terancam terganggu,” kata Silih.