Komunikasi asertif menjadi salah satu cara mengatasi konflik dengan mengungkapkan kebutuhan dan kekhawatiran tanpa saling menyalahkan.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Belum lama ini Pusat Studi Gender dan Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Indonesia (UKI) menggelar seminar dan workshop bertajuk “Asertivitas dan Komunikasi Efektif Lintas Generasi: Penguatan Sikap Positif Keluarga” di Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Menara Iman, Jakarta Timur, Sabtu (22/3/2025).
Dosen Ilmu Komunikasi UKI Formas Juitan Lase, M.I.Kom menjelaskan, konteks dari kegiatan tersebut adalah dampak penggunaan gadget dan screen time di kalangan anak maupun remaja yang terus meningkat. Menurutnya, hal tersebut harus menjadi perhatian karena dampaknya kepada kesehatan fisik mental dan hubungan sosial terutama dengan orang tua.
Menurut Formas, orang tua dan anak perlu membuat aturan penggunaan gadget dan screen time dengan mencontohkan sikap yang baik kepada sang anak. Misalnya, ketika makan tidak menggunakan gadget dan mulailah obrolan santai.
Melengkapi Formas, dosen Bimbingan Konseling Eustalia Wigunawati, MA, menyoroti komunikasi asertif dapat membantu anak maupun remaja mengungkapkan perasaan dan kebutuhan mereka dengan jelas, tanpa menyakiti orang lain. “Dengan belajar komunikasi asertif, anak dan remaja dapat membangun kepercayaan diri, meningkatkan hubungan sosial, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Eustalia, orang tua dan pendamping dapat membantu anak maupun remaja mengembangkan komunikasi asertif dengan menjadi contoh yang baik, memberikan dukungan, dan melatih mereka untuk mengungkapkan diri dengan tegas dan sopan.
Penerapan Komunikasi Asertif
Lebih lanjut, dosen Ilmu Komunikasi Singgih Sasongko, M.Si, menjelaskan, workshop ini bertujuan meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya membangun komunikasi yang efektif dan asertif di tengah derasnya pengaruh media dan perangkat komunikasi yang semakin canggih. “Dengan menerapkan keterampilan komunikasi asertif membantu keharmonisan rumah tangga tetap terjaga dan langgeng sesuai dengan kehendak Tuhan,” ujar Singgih.
Menambahkan, Psikolog Evi Deliviana, M.Psi, menjelaskan, ketika keluarga menerapkan komunikasi asertif, setiap anggota dapat lebih memahami perspektif dan perasaan satu sama lain, yang memperkuat ikatan emosional. “Komunikasi asertif meningkatkan rasa berharga dan kepercayaan diri setiap anggota keluarga,” terangnya.
Ketika individu merasa didengarkan dan dihormati, lanjutnya, mereka lebih cenderung menghargai pendapat mereka sendiri dan merasa diberdayakan untuk mengekspresikan diri. “Gaya komunikasi ini menciptakan lingkungan keluarga di mana semua orang merasa dihargai,” pungkasnya. (eda)