Adopsi AI dalam PR bukan untuk menggantikan peran manusia, melainkan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja PR dalam menghasilkan komunikasi yang berdampak.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Dewasa ini, kecakapan praktisi public relations (PR) dapat dilengkapi oleh kemampuan kecerdasan buatan (AI). Namun, penting bagi praktisi PR untuk menetapkan porsi dalam mengandalkan kecerdasan buatan dan kecerdasan manusia.
Hal tersebut ditekankan Director PT Datawave Korpora Indonesia Arya Gumilar, yang menilai kalau AI punya eksekusi kreatif lebih besar, tetapi untuk berpikir kreatif ia tidak bisa. “Yang membedakan kita dengan AI adalah perasaan emosional dan komunikasi lateral (horizontal communication) sehingga terciptanya personality yang berbeda-beda,” ujarnya dalam sesi workshop Satu Dekade PR INDONESIA Awards (PRIA) 2025 di Bandung, Selasa (25/2/2025).
Oleh karena itu, penting bagi praktisi PR untuk mengetahui kiat menyeimbangkan porsi penggunaan AI dan kecerdasan manusia. Melansir Cms Wire, berikut lima di antaranya.
1. Mulai dengan AI, Sempurnakan dengan HI
Gunakan AI sebagai alat bantu untuk mengeksplorasi ide, pembuatan draft awal dan dan analisis data. Lalu, pastikan sentuhan akhir selalu diperhalus oleh kecerdasan manusia atau human intelligence (HI) agar hasil yang didapatkan lebih otentik dan tidak terkesan robotik.
2. Evaluasi dan Adaptasi
Dalam mengevaluasi efektivitas strategi, PR dapat dibantu AI secara berkala. Namun, mengingat AI terus berkembang dan tidak bersifat statis, pastikan untuk secara aktif mengasah, menyempurnakan data, dan masukkan umpan balik (feedback) terhadap hasil yang didapat agar mendapatkan hasil akhir (output) yang lebih bermakna.
3. Junjung Transparansi dan Etika
Setiap penggunaan AI dalam produksi konten harus diungkapkan dengan jelas. Praktisi PR harus mengedepankan transparansi untuk menjaga kepercayaan audiens, integritas perusahaan, dan menghindari kesalahpahaman yang dapat merusak reputasi.
4. Padukan AI dengan Kreativitas Manusia
Pemanfaatan AI dapat membantu menangani tugas-tugas yang berulang. Namun, kreativitas, pemikiran strategis, serta kemampuan membangun hubungan, tetap menjadi ranah utama manusia. AI dapat menjadi mitra dalam mempermudah pekerjaan, tetapi faktor emosional dan kecerdasan manusia tetap menjadi elemen vital dalam menciptakan strategi PR yang sukses.
Dengan menerapkan kelima kiat di atas, diharapkan praktisi PR dapat lebih bijak dalam penggunaan AI dan mengedepankan kecerdasan manusia sebagai elemen vital dalam keberhasilan PR. Semoga informasi ini bermanfaat, ya! (eda).