Perkembangan teknologi menuntut praktisi public relations (PR) untuk tetap adaptif dan relevan.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Kemajuan teknologi digital telah membawa berbagai perubahan, termasuk turut mengubah pola kerja praktisi public relations (PR) dalam membangun komunikasi dengan audiensnya. Untuk menghadapi perubahan itu, Creative Director DMID Mas Sulistyo pun mengajak para praktisi PR yang hadir dalam acara PR INDONESIA Summit di Jakarta, Kamis (21/9/2023), untuk adaptif dan relevan di tengah kemajuan teknologi.
Menurutnya, adaptif adalah kunci bagi PR untuk tetap relevan dengan audiensnya di era perkembangan teknologi saat ini. Apalagi keberadaan teknologi terdesentralisasi seperti blockchain, membawa banyak potensi baru bagi para praktisi PR untuk senantiasa terhubung dengan audiens melalui cara-cara yang sebelumnya dianggap mustahil.
Namun, kata pria yang mengisi sesi bertajuk “PR Next: Data Analytics, Ethical Consideration, Collaboration” tersebut, sebelum sampai ke sana, ia meminta para praktisi PR untuk terlebih dahulu memahami lanskap teknologi saat ini. Pria lulusan Multimedia & Graphic Design dari LaSalle College tersebut mengatakan, ada tiga bentuk dunia teknologi yang hadir dalam keseharian manusia, baik disadari maupun tanpa disadari.
Pertama, dunia yang disebut similar world atau serba mirip. Dunia ini, lanjutnya, adalah masa yang sedang dihadapi sekarang, baik dari sisi bisnis, ekonomi, maupun pekerjaan. Kedua, fast lane world atau dunia serba cepat. Kondisi ini terjadi setelah dunia terasa makin dinamis karena munculnya beragam inovasi teknologi. “Dalam kacamata inovasi, tidak ada yang namanya keabadian. Kita tidak dapat menghentikan apalagi menghindarinya,” sambung Sulistyo.
Ketiga, changing world atau dunia yang serba berubah. Dunia semakin cepat berubah sejak adanya perkembangan internet dari web 1.0 hingga web 3.0. Digitalisasi ini turut mempercepat kehidupan manusia.
Tetap Bersiap
Sulistyo juga menyebut bahwa lanskap teknologi akan makin dekat dengan frameless future alias masa depan tanpa batas. Teknologi makin memudahkan kehidupan manusia dan tanpa batas dengan adanya augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan artifical intelligence (AI).
Dengan kehadiran teknologi tersebut, lanjut Sulistyo, manusia akan merasakan pengalaman tanpa batas atau seamless experience dalam beraktivitas. Misalnya, dalam berbelanja dan bekerja. Bahkan, akan muncul model pendekatan M2O2O atau metaverse to online to offline. “Pendekatan ini merupakan pendekatan strategis yang bertujuan untuk menciptakan pengalaman pengguna yang mulus di berbagai platform,” ujarnya.
Pada kondisi tersebut, kata pria yang sebelumnya merupakan Brand Designer MakkiMakki Strategic Branding Consultant itu, manusia akan memasuki dunia yang disebut singularity world. Pada masa ini, kecerdasan buatan berkembang lebih pesat sehingga melampaui kecerdasan manusia dan mengubah peradaban umat manusia. Hal ini juga turut mengakibatkan kemajuan teknologi yang tidak dapat diprediksi.
Oleh karena itu, selain harus bersikap adaptif dan relevan, Sulistyo berpesan agar praktisi PR meningkatkan kesadaran dan bersiap menghadapi gelombang berikutnya dari kemajuan perkembangan teknologi. (mfp)