Menimbang serangan siber bisa jadi meruntuhkan kepercayaan publik dan pemangku kepentingan lainnya terhadap organisasi, maka penting bagi praktisi public relations (PR) kiwari untuk memiliki persiapan komunikasi krisis yang tepat.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Serangan siber dewasa ini telah menjelma ancaman yang bisa menyerang instansi pemerintah maupun perusahaan tanpa pandang bulu. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat, pada periode Januari-Agustus 2024, kasus serangan siber atau anomali trafik internet di Indonesia berjumlah 122,79 juta. Adapun yang paling rajin disambangi para hacker adalah sektor perbankan dan migas.
Menimbang serangan siber bisa jadi meruntuhkan kepercayaan publik dan pemangku kepentingan lainnya terhadap organisasi, maka penting bagi praktisi public relations (PR) kiwari untuk memiliki persiapan komunikasi krisis yang tepat. Melansir dari PR Daily, Rabu (15/1/2025) berikut empat langkah wajib yang bisa diterapkan.
1. Lakukan Protokol Pemberitahuan yang Tepat
Praktisi PR dapat membentuk tim lintas fungsi khusus pada isu serangan siber, mencakup manajemen, ahli hukum, hingga ahli teknologi informasi (IT) dengan peran dan tanggung jawab yang jelas. Lalu, tentukanlah juru bicara untuk kemudian menyampaikan kepada publik tentang apa yang sudah maupun belum diketahui. Perlu dicatat, jangan membatasi informasi hanya untuk mengendalikan kepanikan, tetapi lakukan komunikasi secara teratur dan memberikan pembaruan tepat waktu.
2. Menetapkan Alat dan Saluran Komunikasi
Ketika serangan siber tengah berlangsung, perusahaan harus memiliki alternatif saluran komunikasi yang dapat digunakan untuk berbagi skenario krisis seperti aplikasi pesan terenkripsi WhatsApp, atau hotline darurat untuk memberikan informasi secara aman dan personal kepada publik, terutama dalam menangani data pribadi atau informasi sensitif lainnya.
3. Latih Komunikasi secara Teratur
Lakukan simulasi krisis secara berkala untuk memastikan setiap anggota tim tanggap dan memahami tanggung jawab masing-masing. Latihan ini juga bisa memastikan segala tindakan terkoordinasi, dan setiap pemangku kepentingan dapat dihubungi melalui saluran komunikasi alternatif.
4. Lakukan Komunikasi Pascakrisis
Penting untuk kembali menginformasikan hasil dan pembelajaran yang bisa diambil setelah krisis berakhir kepada pemangku kepentingan. Hal ini mencakup laporan rinci untuk manajemen, laporan internal untuk tim, dan pernyataan publik untuk meyakinkan audiens.
Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, praktisi PR diharapkan dapat mempersiapkan strategi dengan baik guna menghadapi serangan siber yang bisa menimpa siapa saja. Semoga informasi ini bermanfaat, ya! (eda)