Pendekatan earned media dalam PESO Model masih menjadi “alat” yang ampuh untuk membangun kepercayaan, meningkatkan keterlibatan audiens, dan memperkuat reputasi organisasi di era digital. Lantas, bagaimana cara mengoptimalkannya?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Dalam dunia public relations (PR), strategi komunikasi yang melibatkan media dapat dijalankan dengan pendekatan PESO Model (paid, earned, shared, and owned media). Adapun dari keempat bagian tersebut, earned media menjadi yang paling digemari praktisi PR.
Alasan mengapa praktisi PR menggemari earned media cukup sederhana. Lewat pendekatan tersebut, organisasi dapat menjangkau audiens dan membangun kepercayaan mereka secara organik, seperti lewat konten pengguna, liputan media, hingga promosi dari mulut ke mulut.
Meski demikian, upaya menghasilkan earned media bisa jadi cukup menantang. Untuk itu, berikut empat kiat yang bisa dijalankan untuk mengoptimalkan dampak earned media. Melansir PR Newswire, berikut uraiannya.
1. Memanfaatkan Kecerdasan Buatan dan Wawasan Berbasis Data
Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dapat membantu praktisi PR melacak sebutan (mentions) di jutaan sumber online secara real time. Selaras, algoritma juga dapat memprediksi cerita mana yang akan mendapatkan daya tarik.
Selain itu, hasil dari analisis data juga dapat digunakan untuk mengukur dampak strategi earned media terhadap tujuan komunikasi, yang pada akhirnya bisa digunakan sebagai bahan evaluasi dan penyempurnaan strategi selanjutnya.
2. Beradaptasi dengan Format Baru
Format media saat ini tidak lagi terbatas pada tulisan, tetapi telah berkembang ke dalam format audio-visual seperti podcast hingga konten yang diaktifkan dengan suara. Memanfaatkan format anyar ini ke dalam strategi earned media dapat membantu memperluas jangkauan audiens. Dalam praktiknya, usahakan untuk menghadirkan narasi yang menarik, agar organisasi dapat lebih mudah terhubung dengan audiens secara lebih personal.
3. Memastikan Kecepatan Respons
Praktik PR di era digital sangat bergantung kepada kecepatan merespons audiens maupun isu. Dalam hal ini, praktisi PR perlu memantau percakapan seputar perusahaan secara real-time, dan merespons peluang maupun tantangan dengan cepat, seperti dengan membangun dialog bermakna dengan audiens.
4. Menghadirkan Pengalaman Interaktif
Dalam konteks kekinian, praktisi PR dituntut untuk dapat mengemas segala aktivasi komunikasi secara kreatif dan interaktif. Sebagai contoh dalam penyusunan siaran pers atau materi promosi digital, relevansi yang digenapi oleh kedua aspek tersebut akan membuat pesan terkait produk, layanan, atau pencapaian perusahaan lebih berpeluang ditulis menjadi berita.
Dengan menerapkan keempat kiat di atas, diharapkan praktisi PR dapat menonjolkan kinerja PR bagi kesuksesan organisasi. Semoga informasi ini bermanfaat, ya! (eda)